Tampilkan di aplikasi

Mereka meniti prestasi demi negara

Majalah Intisari - Edisi 696
3 September 2020

Majalah Intisari - Edisi 696

Jendi Pangabean saat meraih medali emas Asian Para Games 2018. / Foto : INDONESIA INFO

Intisari
Jendi Pangabean kecil sudah biasa berenang di sungai. Belajar autodidak, bersama teman-temannya. Namun saat itu belum terbayang di kepalanya kelak akan jadi atlet difabel, lebih-lebih bawa pulang medali emas di Asian Para Games. Kecelakaan yang membuat kaki kirinya harus diamputasi itu terjadi ketika Jendi berusia 12 tahun. Hari terakhir libur sekolah sebelum masuk SMP, ia terjatuh dari motor saat dibonceng kawan. Sebulan berobat, pria kelahiran 10 Juni 1991 ini ingin kembali ke sekolah.

Jendi menuturkan, ayah-ibunya semula ingin ia sekolah tahun depan saja. Pemulihan fisik dan mental dulu. Tapi pikirnya, akan lebih kepikiran dan kesepian kalau pemulihan di rumah saja. Jadilah ia kembali ke sekolah, mendapati teman-teman dan guru terasa menerima dengan tangan terbuka. “Tidak dibedakan. Ini yang menguatkan,” tutur penyulut api kaldron dalam upacara pembukaan Asian Para Games 2018 ini.

Tidak butuh waktu lama, Jendi segera aktif seperti sebelumnya. Ikut pramuka, hiking dengan tongkat dan menyeberangi sungai, meski gurunya mewanti-wanti agar tetap di tenda saja jika tidak kuat. Di masa sekolah juga Jendi mulai berlatih tenis meja untuk kejuaraan—bukan renang, seperti yang ditekuninya hari ini.

Menabung ongkos ke kolam. Kala itu Jendi baru meneruskan SMA ke kota Palembang, sekitar 3,5 jam dari rumahnya di desa Sugih Waras, Muara Enim, Sumatra Selatan. Semula, ia merantau sendiri ke ibukota berdasar saran kenalan di desanya. Info yang keluarganya terima, ada panti rehabilitasi di bawah Dinas Sosial yang bisa Jendi coba, sekalian belajar. Penginapan dan biaya makannya gratis.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI