Tampilkan di aplikasi

Ramai-ramai menurunkan peringkat kedua Indonesia

Majalah Intisari - Edisi 697
5 Oktober 2020

Majalah Intisari - Edisi 697

Makanan berlebih dari resepsi pernikahan segera didistribusikan begitu resepsi berakhir / Foto : DOK. GARDA PANGAN

Intisari
Selain menjadi juara kedua dalam penyumbang sampah plastik ke lautan, Indonesia ternyata menjadi runner up juga dalam hal negara dengan makanan terbuang terbanyak di dunia. Menjadi ironi sebab masih ada jutaan warga yang kelaparan.Banyak ironi terjadi di Indonesia. Salah satunya soal pangan. Di satu sisi, seperti yang disampaikan Eva Bachtiar – Co-founder dan CEO Garda Pangan - pada acara #DialogIntisari soal sampah makanan pertengahan September 2020, “Ada 19,4 juta masyarakat Indonesia mash mengalami kelaparan.”

Di sisi lain, menurut data studi Fixing Food: Towards a More Sustainable Food System (2016) yang dikeluarkan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) dan Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN), Indonesia menduduki peringkat kedua dalam hal membuang makanan. Angkanya cukup fantastis, 300 kg makanan per kapita tiap tahunnya. Hanya kalah dari Arab Saudi yang 427 kg per individu per tahun.

Secara kasat mata kita bisa melihat “kerakusan” soal makanan ini di resepsi perkawinan atau di kerumunan massa yang dibagikan makanan kotak. Di kerumunan massa bisa jadi kita berkilah makanan tidak sesuai dengan selera kita. Atau porsinya terlalu banyak. Namun, jika pola pikir kita sudah terbentuk bahwa membuang makanan bisa dikategorikan sebagai kejahatan pangan, tentu kita tidak akan membuangnya dengan sia-sia.

Beda kasus ketika menghadiri resepsi makanan. Faktor “lapar mata” – apalagi gratis – sangat berperan dalam larinya makanan resepsi ke kotak sampah. Padahal kita bisa menyetel soal selera dan porsi. Nyatanya, kita memuaskan selera pada satu jenis dan mata tergoda lagi untuk mengambil jenis makanan di pojok yang berbeda.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI