Tampilkan di aplikasi

Di lengan sukarelawan, nasib vaksin ditentukan

Majalah Intisari - Edisi 698
10 November 2020

Majalah Intisari - Edisi 698

Dalam uji klinis fase tiga ini, semua sukarelawan sudah menerima dua kali suntikan vaksin.

Intisari
Salah satu tahapan vaksin untuk bisa dipergunakan secara luas adalah uji klinis ke manusia. Untuk itu, butuh sukarelawan yang mau menjadi “kelinci percobaan”. Pada awal sejarah vaksin, sukarelawan pertama adalah James Phipps. Sekarang, butuh ribuan sukarelawan agar vaksin benar-benar aman bagi manusia.

Sejak Edward Jenner menyuntikkan vaksin cacar sapi pada seorang anak berusia delapan tahun, James Phipps, jutaan orang terselamatkan oleh vaksin. Pemberian vaksin atau imunisasi secara luas diakui sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling berhasil dan efektif di dunia. Mengutip laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi bisa mencegah kecacatan dan kematian dari beberapa penyakit berbahaya, seperti tuberkulosis, hepatitis B, difteri, pertusis (whooping cough, batuk rejan), tetanus, polio, campak, pneumonia, gondongan, diare akibat rotavirus, rubella, dan kanker serviks.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2018, imunisasi diperkirakan telah mencegah dua hingga tiga juta kematian setiap tahunnya. Jumlah kematian tersebut bahkan bisa berkurang lagi, bila cakupan imunisasi global meningkat. Istilah vaksin pertama kali dikenal pada tahun 1796, ketika vaksin cacar pertama berhasil ditemukan.

Kala itu, cacar atau variola adalah penyakit yang sangat mematikan. Adalah Edward Jenner, seorang dokter dari Berkeley, daerah pedesaan di Inggris, yang memperkenalkan vaksin. Kala itu, penduduk lokal yang mayoritas bekerja sebagai peternak sering kali terinfeksi cacar sapi (cow pox). Manifestasinya adalah munculnya lesi pada tangan dan lengannya. Yang menarik perhatian Jenner, mereka yang pernah terinfeksi cacar sapi, ternyata menjadi kebal terhadap infeksi cacar air yang saat itu mewabah di desanya. Jenner pun memulai penelitian klinis pertamanya, yaitu membuat vaksin.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI