Tampilkan di aplikasi

Pandemi membuat remaja tak lagi “normal”

Majalah Intisari - Edisi 698
10 November 2020

Majalah Intisari - Edisi 698

Kesulitan dalam belajar, keterbatasan sosial, dan stres orang tua turut berdampak pada tekanan mental yang dirasakan remaja. / Foto : FREEPIK

Intisari
Pandemi Covid-19 tak hanya berpengaruh pada pranata sosial orang dewasa. Remaja dan anak-anak pun terganggu, terutama perkembangan fisik dan sosial mereka. Pembatasan sosial dan pembelajaran jarak jauh mencerabut mereka dari masa yang mesti dilalui dengan normal: bergerak dan berteman secara nyata. Pandemi Covid-19 tak hanya statistik. Berapa pertambahan kasus hari ini. Berapa yang meninggal hari ini. Juga tak hanya patuh dengan protokol kesehatan. Selalu menggunakan masker. Rajin cuci tangan. Jaga jarak.

Pandemi juga berarti karantina. Pembatasan sosial, baik skala besar atau kecil. Bicara soal ini kita harus menoleh kepada anak-anak kita. Remaja kita. Mereka sedang dalam masa pertumbuhan. Masa ketika habis sekolah tak selalu langsung pulang ke rumah. Akan tetapi mengeluarkan tenaga lebihnya untuk main basket, skateboard, atau futsal.

Saat sekolah tak lagi bertatap muka, berkumpul bersama, dan berganti virtual, ada rantai yang hilang dalam kehidupan mereka. Tak hanya fi sik yang terpengaruh, tapi juga jiwa. Beberapa penelitian mulai melihat ada peningkatan risiko Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), depresi, dan kecemasan pada saat pandemi kali ini.

Dua penelitian di China yang melibatkan 2.091 dan 285 remaja dalam beberapa minggu setelah epidemi COVID-19 di Wuhan melaporkan prevalensi PTSD masing-masing sebesar 4,6% dan 7%, lebih sering dikaitkan dengan jenis kelamin wanita dan kualitas tidur yang buruk. Sebuah survei lain yang melibatkan 8.079 remaja Tionghoa berusia 12-18 mendapatkan bahwa prevalensi gejala depresi yang tinggi (43%), kecemasan (37%) dan kombinasi depresi dan kecemasan (31%) selama wabah COVID-19. Sekali lagi, perempuan lebih rentan terhadap gejala-gejala tersebut dibandingkan dengan lelaki.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI