Tampilkan di aplikasi

Bertahan di tengah badai yang belum mereda

Majalah Intisari - Edisi 700
18 Januari 2021

Majalah Intisari - Edisi 700

Penurunan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal membuat Indonesia jatuh dalam resesi. / Foto : JOSH_APPEL_ UNSPLASH

Intisari
Kurang lebih setahun silam, siapa yang mengira kita akan mengalami masa-masa seperti yang kita rasakan hari ini? Suatu kondisi saat sebagian besar manusia merasakan masa-masa panjang penantian akan berakhirnya pandemi ini. Wabah yang bukan saja telah menuntut banyak pengorbanan, tetapi juga mengubah berbagai tatanan kehidupan di Bumi.

Pandemi memang belum berakhir, bahkan kemungkinan masih jauh dari fase menuju ke tahap akhir. Meski telah menginfeksi lebih dari 62,3 juta orang dan merenggut sekitar 1,5 juta jiwa (data Desember 2020), virus Sars-Cov-2 terus merajalela. Jasad renik tak kasat mata ini bahkan terus bergerak melampaui batas negara, bahkan benua.

Upaya membatasi penyebaran virus inilah yang kemudian mengubah wajah dunia. Keputusan pemerintah di negara-negara yang terjangkit untuk membatasi pergerakan manusia telah menimbulkan korban. Berbagai sektor industri lumpuh secara paralel, seperti industri penerbangan, pariwisata, perhotelan, hiburan, kreatif, properti, ritel, dll.

Untuk Indonesia saja, dari data Kementerian Perindustrian RI, perkiraannya sekitar 60 persen industri telah lumpuh. Sekitar 17 juta pekerja di sektorsektor yang gulung tikar itu langsung terkena dampak, baik dirumahkan atau malah di-PHK. Memburuknya situasi akibat Pandemi tentu ujungujungnya menghantam indikator perekonomian. Situasi ini tergambar dari menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni pada kuartal II-2020 yaitu minus 5,32 persen, kemudian disusul kuartal III-2020 sebesar 3,49 persen. Sesuai teorinya, penurunan dua kuartal berturutturut absah membuat Indonesia mengalami resesi ekonomi.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI