Tampilkan di aplikasi

Perempuan dalam pusaran politik

Majalah Intisari - Edisi 705
14 Juni 2021

Majalah Intisari - Edisi 705

Sudah lebih dari 600 minggu Sumarsih menyuarakan keadilan bagi HAM.

Intisari
Tragedi Semanggi merujuk pada dua kejadian protes masyarakat terhadap proses penggantian tampuk pemerintahan dan agenda Sidang Istimewa MPR pascalengsernya Presiden Soeharto. Tragedi Semanggi I terjadi pada 11 – 13 November 1998 sebagai buntut dari Sidang Istimewa MPR untuk menetapkan Pemilu setelah tumbangnya Orde Baru. Ribuan mahasiswa bergerak, utamanya dari Semanggi dan Slipi menuju Gedung DPR/MPR.

Sementara Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999, menentang upaya pemerintahan transisi yang akan mengeluarkan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB). Banyak pihak menilai materi UU ini memberikan keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan negara sesuai kepentingan militer. Kembali ribuan mahasiswa bergerak bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB.

Dari kedua kasus itu timbul korban mahasiswa dan masyarakat umum. Dari Tragedi Semanggi II kita mengenal satu dari dua korban mahasiswa meninggal akibat peluru tajam aparat adalah Yun Hap. Sedangkan dari Tragedi Semanggi I, ada 17 mahasiswa terkena timah panas. Satu di antaranya adalah Bernardinus Realino Norma Irmawan atau lebih dikenal dengan nama Wawan. Kedua peristiwa itu masih menimbulkan banyak tanda tanya.

Rasa keadilan terusik. Hal itu memicu seorang perempuan yang kebetulan Ibunda Wawan, Maria Katarina Sumarsih (69) untuk mencari keadilan atas kematian anaknya. Perjalanan Sumarsih ini akhirnya bertemu dengan Suciwati, istri mendiang pegiat HAM, Munir Said Thalib, dan Bedjo Untung, perwakilan dari keluarga korban pembunuhan, pembantaian, dan pengurungan tanpa prosedur hukum terhadap orang-orang yang diduga PKI pada tahun 1965-1966. Ketiganya lantas menggulirkan aksi diam di depan Istana Negara dengan menggunakan payung hitam sebagai “mulut mereka” dalam menyuarakan tuntutantuntutan mereka.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI