Tampilkan di aplikasi

Letkol Untung akhirnya buntung

Majalah Intisari - Edisi 708
3 September 2021

Majalah Intisari - Edisi 708

Muso, tokoh PKI yang tiba dari luar negeri sedang pidato pada rapat umum PKI tgl. 21 Agustus 1948 di Yogyakarta.

Intisari
Kariernya di kemiliteran diawali dari pangkat yang cukup rendah. Ketika sudah menjadi perwira, ia juga bukan tokoh yang berpengaruh. Karena itu banyak orang yang heran ketika namanya disebut-sebut sebagai pimpinan dalam gerakan politik.

Nama Letnan Kolonel Untung tercantum dalam buku pelajaran sejarah di sekolah sebagai Ketua Dewan Revolusi dan tentunya komandan Gerakan 30 September 1965 (G30S) yang membuat enam jenderal Angkatan Darat terbunuh. Dalam narasi sejarah nasional Indonesia, namanya sudah disetarakan dengan Musso—tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) 1948—meski bukan pimpinan PKI, setidaknya dia dianggap kader PKI yang bersarang di tubuh Angkatan Darat.

Sebelum ditahan dan disidangkan karena gerakannya yang gagal itu, Untung sempat mencoba melarikan ke Jawa Tengah, namun di Tegal dia tertangkap pada 11 Oktober 1965. Cerita yang beredar tentang penangkapannya cukup memalukan. Waktu bus yang ditumpanginya dinaiki orang berseragam militer, Untung melompat dari bus dan menyambar tiang listrik lalu warga sekitar dan hansip mengejar dan meringkusnya seperti maling. Setelah tertangkap di Tegal, Untung jadi pincang ketika berjalan. Dia kemudian dibawa ke Jakarta dan segera diperiksa lalu diadili sejak awal 1966 di Gedung Bappenas dekat Taman Suropati.

“Letnan kolonel Untung, pimpinan Dewan Revolusi, tetap memperlihatkan gengsinya sebagai perwira, meskipun pakaiannya sudah lusuh dan hanya mengenakan sendal jepit,” tulis Misbach Yusa Biran dalam Kenangkenangan Orang Bandel (2009:170). Waktu ditanya dia akan diberikan jabatan apa ketika gerakannya sukses, Untung tak menjawab karena pertanyaan tidak relevan.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI