Tampilkan di aplikasi

Peci, pernah jadi identitas anak negeri

Majalah Intisari - Edisi 709
1 Oktober 2021

Majalah Intisari - Edisi 709

Soekarno memilih peci yang identik dengan buruh melayu sebagai identitas bangsa.

Intisari
“Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia. Peci yang memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh para buruh bangsa Melayu adalah milik rakyat kita, marilah kita tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia merdeka” - Soekarno.

Dikutip dari jurnal dan Gaya Hidup : Identitas dan Komunikasi Hendariningrum dan M. Edy Susilo, fashion oleh Retno Fashion menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju dan aksesori yang dikenakan bukanlah sekadar penutup tubuh dan hiasan, lebih dari itu juga menjadi sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan identitas pribadi.

Fashion dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tren mode yang bermakna gaya mutakhir dalam mode seperti gaya, potongan, warna, untuk periode tertentu dan selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Di Indonesia tren mode ini banyak ragamnya baik dari busana, potongan rambut, maupun aksesori. Salah satunya adalah peci yang sempat menjadi tren pemuda dieranya. Penutup kepala untuk laki-laki ini bahkan santer terdengar pada Kongres Pemuda 2, digunakan para pemuda sebagai penanda identitas Indonesia.

Asal mula peci. Peci memiliki dua nama lain yang dikenal dengan kopiah atau songkok. Dalam karangan ilmiah Sejarah Penutup Kepala di Indonesia : Studi Kasus Pergeseran Makna Tanda Peci Hitam (1908-1949) yang ditulis Siti Firqo Najiyah, peci kemungkinan besar diperkenalkan oleh penjajah Belanda dengan sebutan “petje”yang berasal dari kata ‘pet’ berarti topi dan ‘tje’berarti kecil. Indonesia kerap menyebut ‘tje’ dengan ‘ci’ sehingga dikenal dengan kata peci hingga kini.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI