Tampilkan di aplikasi

Melacak jejak misi Kristen di Madura

Majalah Intisari - Edisi 711
1 Desember 2021

Majalah Intisari - Edisi 711

Di Madura, sebuah pulau yang terkenal dengan kultur Islamnya yang kuat, para misionaris ternyata pernah mengusahakan penyebaran firman Tuhan. Meski berkali-kali gagal dan bahkan pernah berakhir dengan tragis, riwayatnya patut mendapat tempat untuk dikisahkan.

Intisari
Sejak lama, orang Madura dikenal sebagai masyarakat dengan unsur Islam tradisional yang sangat kental. Saking kentalnya, para kiai sebagai pemuka agama lokal memiliki otoritas yang bisa jadi lebih kuat ketimbang pemerintah. Klaim ini bukan hanya dibarengi dengan seabrek penelitian yang menegaskannya, namun juga berbagai macam anekdot yang sering kita dengar.

Kuntowijoyo memberikan satu ulasan yang menarik mengapa peran kiai di pulau garam itu begitu sentral. Dalam artikelnya “Memahami Madura: Sebuah Pendekatan Sosial-Historis, Ekologi, dan Kependudukan”, ia menjelaskan bahwa kentalnya nuansa keislaman dan kuatnya pengaruh kiai di sana disebabkan oleh sesuatu yang telah lama terbentuk: kondisi alam.

“Ekosistem Madura mempunyai perbedaan tajam dengan ekosistem Jawa,” tulis Kuntowijoyo. Keadaan tanah yang tidak sesubur Jawa membuat tegal lebih dominan ketimbang sawah. Sawah mengharuskan adanya satu pengelolaan air secara komunal, sementara tegal dapat diatur oleh masing-masing keluarga. Secara logis, dalam hemat Kuntowijoyo, ketiadaan pengaturan air secara komunal itulah yang menyebabkan desa-desa di Madura tidak memiliki tingkat solidaritas sekuat desa-desa di Jawa.

Di sinilah, agama mengisi ruang untuk mengikat masyarakat yang tidak memiliki kebersamaan dalam ranah ekonomi. Masing-masing desa akhirnya diikat dengan satu sistem simbol: Islam. Kebutuhan untuk melakukan ibadah dan ritual-ritual keagamaan menjadi lebih bermakna sebab urusan penghidupan mereka pikirkan secara personal. Walhasil, sosoksosok yang memimpin ibadah dan ritual itu menjadi sedemikian penting. “Bukan keadaan yang mustahil kalau pengaruh kiai menjadi begitu besar dan dalam pada masyarakat,” papar Kuntowijoyo.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI