Tampilkan di aplikasi

Gedung Gulo, istana marga Tan di tepi Kali Semarang

Majalah Intisari - Edisi 724
2 Januari 2023

Majalah Intisari - Edisi 724

Gedong Gulo ketika Tan Tjong Hoay menjabat sebagai Majoor der Chineezen Semarang. Sekitar tahun 1857. / Foto : BRAM LUSKA

Intisari
Bangunan ini pernah menjadi saksi sejarah interaksi masyarakat Semarang yang multietnis dan multikultural. Sayangnya harus runtuh atas nama peradaban.

Beberapa tahun lalu ketika melintas di Jalan Inspeksi, tanpa sengaja pandangan saya teralih pada sebuah bekas reruntuhan bangunan yang letaknya tidak wajar. Penyebabnya reruntuhan itu tepat berada di tengah aliran kali Semarang. Karena penasaran saya bertanya pada beberapa narasumber dan dari sanalah muncul nama Gedong Gulo.

Lokasi sisa Gedong Gulo berada di bantaran Kali Semarang yang melintas di Pecinan Semarang. Sebuah kawasan di pinggir sungai yang masuk dalam wilayah Kelurahan Jagalan. Di masa silam, Gedong Gulo adalah tempat tinggal serta kamar dagang milik seorang kaya raya asal Semarang. Mendengar kata “kaya raya”, mungkin sebagian orang akan mengira tempat ini milik Sugar Baron Oei Tiong Ham.

Sayangnya bukan. Karena jauh sebelum Sang Konglomerat Asia Tenggara itu lahir, sudah ada kisah tentang orang paling berpengaruh di Pecinan Semarang bernama Tan Tiang Tjhing. Nama pebisnis andal ini sohor sepanjang pantai utara Jawa di masa peralihan kekuasaan dari pemerintah Inggris ke Belanda.

Rasa penasaran membuat saya menelusuri jejak sejarah tentang saudagar itu. Namun ternyata tidak mudah. Butuh waktu hampir setahun untuk bisa mengurai kisahnya. Penelusuran saya mulai dari klenteng Hwie Wie Kiong bersama para sahabat funerary heritage, Qing Long dan Pippo Agosto, lalu ke salah satu keturunan keluarga Tan, hingga akhirnya saya bisa menemui salah satu penghuni terakhir dari gedung itu.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI