Tampilkan di aplikasi

Memorabilia sang dokter mata

Majalah Intisari - Edisi 725
31 Januari 2023

Majalah Intisari - Edisi 725

Museum dokter Yap Prawirohusodo. Prawirohusodo merupakan nama pemberian oleh Paku Alam VIII usai Yap Hong Tjoen ke Belanda. Boleh jadi Prawirohusodo diambil dari khazanah bahasa Jawa yang berarti “perwira kesehatan”. / Foto : A.S. RIMBAWANA

Intisari
Di Yogyakarta Yap memang sohor sebagai nama rumah sakit mata. Letaknya di Terban, Gondokusuman, tepatnya di Jalan Cik Ditiro No. 5. Usia bangunan berkelir hijau itu kini telah menginjak seabad. Di bagian sayap kanan bangunan, terdapat beberapa ruang khusus untuk menyimpan memorabilia Yap Museum dr. Yap. Satusatunya rumah sakit mata di Yogyakarta yang memiliki museum.

Akan tetapi kisah tentang sosok Yap sendiri nyaris luput. Boleh jadi, sebab di masa senja ia bertolak ke Belanda. Selain marga, penamaan Yap untuk rumah sakit mata ini sesungguhnya merujuk kepada dua sosok, Yap Hong Tjoen dan Yap Kie Tiong. Hubungan mereka adalah ayah dan anak.

Semula rumah sakit itu bernama Princess Juliana Gasthuis voor Ooglijders atau Rumah Sakit untuk Penderita Sakit Mata Putri Juliana yang resmi berdiri pada 1923. Dokter Yap Hong Tjoen adalah direktur pertama. Sebutan Rumah Sakit Mata dr. Yap baru dikenal seusai Jepang menduduki Indonesia, pada 1942. Balatentara Dai Nippon emoh dan mengenyahkan seluruh nama berbau Barat.

Sebagai titik awal menyigi sosok Yap, sebuah koran berbahasa Belanda sohor di Semarang, De Locomotief, sempat menulis ihwal sosok ini. Dalam artikel 6 Mei 1919, Yap Hong Tjoen disebut sebagai seorang yang “sangat terkemuka dan begitu disegani di kalangan orang Tionghoa dan bahkan juga di negeri Belanda”.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI