Tampilkan di aplikasi

Ketika Cianjur jatuh ke tangan Jepang

Majalah Intisari - Edisi 726
2 Maret 2023

Majalah Intisari - Edisi 726

Setelah porak-poranda dihantam bom dan menewaskan banyak tentara Australia, Cianjur didatangi serdadu Jepang dari arah Bogor. Disambut bak pahlawan. / Foto : KITLV

Intisari
Awal Maret 1942. Hinomaru berkelebat di Teluk Banten. Setelah membentuk basis di tempat pendaratannya, Tentara Ke-16 Angkatan Darat Jepang (Rikugun) seolah tak terbendung membadai ke arah timur. Kolone pertama masuk melalui rute Serang-Balaraja menuju Tangerang. Kolone kedua, bergerak melalui rute SerangRangkasbitung menuju Bogor.

Di Leuwiliang, kolone kedua Tentara ke-16 sempat diadang kekuatan Sekutu dari Brigade Blackforce (Australia), Texas Guard (Amerika Serikat) dan Resimen Tank ke-3 Hussars (Inggris) serta sejumlah kecil prajurit dari Batalyon Perintis (Australia).

Pertempuran besar pun pecah sepanjang Jembatan Cianten, berujung dengan kekalahan kubu Sekutu. “Pada 5 Maret 1942, kekuatan gabungan itu terpaksa harus mundur dan membiarkan Leuwiliang dikuasai tentara Jepang,” demikian menurut Andrew Faulkner dalam Arthur Blackburn, VC: An Australian Hero, his men, and their two world wars.

Dari Leuwiliang, sisa-sisa pasukan Sekutu meluputkan diri ke wilayah Buitenzorg (Bogor kota). Di sana, mereka berharap bisa menyusun kembali perlawanan dengan bantuan pasukan KNIL dan sekelompok Stadswacht (Pasukan Penjaga Kota) yang direkrut dari para penduduk sipil. Namun seolah tanpa ampun, kekuatan Tentara ke- 16 Jepang terus memburu mereka.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI