Tampilkan di aplikasi

Misi menemukan kembali pejuang Aceh yang hilang

Majalah Intisari - Edisi 726
2 Maret 2023

Majalah Intisari - Edisi 726

Pesisir Jakarta memiliki sepetak tanah yang mengekalkan kisah korban-korban Perang Asia Timur Raya. Sebuah kisah yang menautkan antara kita dan mereka. / Foto : DONNY FERNANDO

Intisari
Sekitar akhir 2019, Cut Putri Alyanur menelisik makam tokoh-tokoh pejuang Aceh di Ereveld Ancol. Ia merupakan pemerhati sejarah dan budaya Aceh, yang kebetulan tinggal di Jakarta karena berdinas di Badan Penghubung Pemerintah Aceh.

Ereveld Ancol merupakan taman kehormatan milik Belanda yang pertama di Indonesia. Diresmikan 14 September 1946, yang saat itu dikelola Dinas Permakaman Perang Belanda. Sejatinya permakaman yang terletak di kompleks hiburan dan pelesiran keluarga itu menyimpan kisah mengerikan.

Sebelum diresmikan sebagai Taman Kehormatan, permakaman ini merupakan bekas ladang eksekusi saat pendudukan Jepang 1942- 1945. Mereka yang ditawan dan tewas di sini bukan saja orang Belanda, tetapi juga orang-orang Indonesia yang dianggap berbahaya bagi Jepang. Mereka yang beristirahat di sini bukan hanya korban eksekusi di Ancol, tetapi juga korban eksekusi di beberapa tempat di Indonesia.

Dalam catatan Oorlogsgravenstichting (OGS), terdapat enam orang asal Aceh, yang merupakan korban eksekusi Jepang pada 1943. Awalnya mereka dimakamkam secara massal di Brastagi, Sumatra Utara. Kemudian, pada 1960-an pemerintah Republik meminta makam-makam Belanda yang berada di berbagai kota di Indonesia untuk dipindahkan ke tujuh taman kehormatan di Jawa. Salah satunya, Ereveld Ancol.

Dipandu staf OGS, Cut Putri berjalan menyisir baris-baris makam. Mereka berhenti pada tempat yang dituju. Sebuah papan permakaman bersama yang bercat putih dan ditandai dengan tulisan hitam “Verzamelgraf MedanBrastagi”.

Terdapat empat tentara KNIL dan enam orang pejuang Aceh yang dieksekusi pada 15 November 1943, dan satu orang Belanda yang dieksekusi pada 6 Oktober 1944. Setiap makam korban perang itu ditandai salib putih dan hanya bertuliskan “Geëxecuteerd-MedanBrastagi”. Mereka menjadi bagian dari 25.000 korban perang selama periode 1942-1949 yang menghuni Taman Kehormatan Belanda.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI