Tampilkan di aplikasi

Sandi “Berlijn” yang mengubah nasib orang Jerman

Majalah Intisari - Edisi 727
31 Maret 2023

Majalah Intisari - Edisi 727

Menteri Kolonial Ch.I.J.M. Welter (kiri), Menteri Luar Negeri E.N. van Kleffens (tengah) dan Dewan Hindia Charles Olke (II) van der Plas pada peringatan invasi Jerman ke Belanda di Batavia

Intisari
Penahanan orang Jerman dan orang-orang Eropa lain yang dianggap simpatisan mereka di Hindia Belanda sebenarnya sudah direncanakan satu atau dua minggu sebelumnya, beberapa hari setelah pengumuman keadaan darurat di Negeri Belanda.

Memperkirakan kemungkinan serangan Jerman terhadap Belanda, Menteri Wilayah Seberang Lautan Ch. J.I.M. Welter memberitahu Gubernur Jenderal Jhr. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer agar menginternir semua orang Jerman di Hindia Belanda apabila hal itu terjadi.

Perintah resminya bersandi “Berlijn”, kata sandi serbuan Jerman atas Negeri Belanda. Kondisi ini tentu ironis, mengingat orang Jerman merupakan anggota elite Indische Burgerij sebelum Perang Dunia II, yang mendudukkan orang Eropa di posisi puncak dalam piramida rasial masyarakat kolonial.

Kedekatan hubungan Jerman dan Belanda sendiri terlihat dari eratnya hubungan antara keluarga Kerajaan Belanda dan para bangsawan Jerman. Ketika menancapkan kekuasaannya di Indonesia, Belanda mengirimkan banyak serdadu sewaan asal Jerman. Bahkan seorang Jerman, Herzog von Saksen, pernah menjadi kepala staf angkatan perang Hindia Belanda, KNIL.

Mereka diikuti oleh para peneliti, misionaris, pedagang, dan pengusaha perkebunan. Di antara mereka terdapat nama-nama terkenal seperti Franz Wilhelm Jung huhn, seorang naturalis dan botanikus, serta Ludwig Ingwer Nommensen, Rasul Tanah Batak. Bahkan setelah Perang Dunia I, ipar Ratu Wilhelmina, Herzog von Mocklenburg, merencanakan proyek kolonisasi orang Jerman ke Hindia Belanda. Namun proyek itu gagal.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI