Tampilkan di aplikasi

Lenong mo dibawa ke mane?

Majalah Intisari - Edisi 730
28 Juni 2023

Majalah Intisari - Edisi 730

“Ronggengs” karya P.A. van der Lith/ Nederlandsch Oost-Indië beschreven en afgebeeld voor het Nederlandsche volk, 1875

Intisari
"Mpok, mo ke mane? Menor bener dandannye!” Mini, Bang. Nonton “Biase, ke Taman lenong.” “Lenong Preman ape Denes?” “Ape aje, asal lenong. Abis, kalo bukan kite yang ngeramein, siape lagi?”

Si Mpok memang layak miris. Pertunjukan lenong, salah satu teater rakyat khas Betawi yang kaya dengan dialog-dialog spontan lagi kocak, belakangan mirip kuburan, sepi pengunjung. Ibarat lampu colen (obor yang dulu sering digunakan untuk menerangi panggung lenong), nyalanya mulai redup.

Padahal, lewat kotak ajaib bernama televisi, di tahun 70-an hingga awal 80-an, lenong sempat jadi primadona. Dari mulut para komedian alamnya, seperti H. Bokir, dialek Betawi menyebar ke seantero Nusantara. Posisinya saat itu, barangkali mirip kelompok lawak Srimulat dan beragam ludruknya kini. Alat pelepas penat yang sangat dinanti dan tentu saja, digemari.

Direvitalisasi TIM. Lenong sebagai tontonan, sudah dikenal sejak 1920-an. Almarhum Firman Muntaco, seniman Betawi terkenal, menyebutnya kelanjutan dari proses teaterisasi dan perkembangan musik Gambang Kromong. Jadi, lenong adalah alunan Gambang Kromong yang ditambah unsur bodoran alias lawakan tanpa plot cerita.

Kemudian berkembang menjadi lakon-lakon berisi banyolan pendek, yang dirangkai dalam cerita tak berhubungan. Lantas menjadi pertunjukan semalam suntuk, dengan lakon panjang utuh, yang dipertunjukkan lewat ngamen keliling kampung. Selepas zaman penjajahan Belanda, lenong naik pangkat, karena mulai dipertunjukkan di panggung hajatan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung.

Saat itu, dekornya masih sangat sederhana, berupa layar sekitar 3 x 5 m bergambar gunung, sawah, hutan belantara dengan pepohonan besar, rumah-rumah kampung, laut dan perahu nelayan, serta balairung istana dengan tiang-tiangnya yang besar.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI