Tampilkan di aplikasi

Kuda yang gemar bambu beling

Majalah Intisari - Edisi 730
28 Juni 2023

Majalah Intisari - Edisi 730

Yang gemar beling itu sebetulnya bukan kudanya, tapi penunggangnya.

Intisari
Yang gemar beling itu sebetulnya bukan kudanya, tapi penunggangnya. Anda jangan berharap bisa menonton kuda lumping pada hari pasaran Wage. Kuda lumping memang masih merupakan pertunjukan misterius.

Bambu Beling. Dari pagi peralatan telah digelar di tikar tua: gen dang, gong, suling, kecrek, bonang dan cente. Tenda pun ditegakkan. Satu spanduk putih yang cukup dekil dijadi kan pembatas antara pemain dengan penonton. Lapangan kecil tanpa rumput disiram, agar debu tebal di atasnya berkurang.

Kuda-kuda bambu dikeluarkan dari kotak penyimpanannya dan dibersih kan dari debu yang menempel. Kuda lumping Krida Sari, yang mangkal di daerah Cem paka Sari, Jakarta Pusat, seben tar lagi akan mentas di hadap an masyarakat sekitar.

Ada pantangannya. Salah satu bentuk kesenian rakyat yang saat ini semakin terdesak, mencoba berdiri di tengah hingar-bingarnya hibur an di Jakarta. Di daerah bergang sempit ini lah mereka melakukan kegiatannya. “Perkumpulan ini didirikan dua tahun lalu,” kata Efendi, salah se orang yang bisa dikatakan sebagai sesepuh perkum pulan itu.

“Mula nya kami agak sulit untuk me ngumpulkan pe main, yang rumahnya bukan cuma berada di daerah Cempaka Sari saja. Kadang para pemain pun disibukkan dengan pekerjaan mereka sehari- hari.

Tapi lama-kelamaan organisasi ini mulai dikenal orang, sampai kami pernah manggung di Ta man Mini Indonesia Indah dan diundang oleh Ganesha Society,” lanjutnya lagi (Ganesha Society adalah kelompok pencinta budaya Indonesia yang anggo tanya sebagian besar orang asing).
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI