Tampilkan di aplikasi

Zakheus, semangat Papua yang terlupakan

Majalah Intisari - Edisi 731
31 Juli 2023

Majalah Intisari - Edisi 731

Dua orang pemuda berfoto dengan seorang Eropa, 1923 / Foto : KITLV

Intisari
Hidup di ingatan sebagai tokoh religius lokal Papua, aspirasi Zakheus dan komunitasnya selalu dikekang oleh pemerintah kolonial. Tanpa memahami aspirasi mereka, mustahil bara di Papua dapat padam begitu saja. Inilah secuplik kisah kebangkitan kepercayaan yang diinisiasi tokoh lokal.

Bagi rakyat Papua, Zakheus Pakage dikenang sebagai pemimpin gerakan kebangkitan religiusitas lokal. Hal ini dijelaskan oleh Benny Giay, peneliti asal Papua, yang menulis sosok Zakheus dalam Zakheus Pakage dan Komunitasnya: Wacana Keagamaan Pribumi, Perlawanan Sosial-Politik, dan Transformasi Sejarah Orang Mee, Papua (2022).

Giay berupaya memaparkan sosok Zakheus agar kita pembaca Indonesia yang kekurangan informasi tentang Papua memiliki pemahaman yang lebih utuh tentang apa aspirasi mereka. Menurut Giay, tidak diketahui pasti kapan Zakheus lahir. Tapi, kemungkinan ia lahir pada 1920 di Ylbagouyiweta, Tigi, di lingkungan Suku Mee, Papua Tengah. Suku ini disebut pula Kapauku, Ekagi, atau Ekari.

Namun Giay dalam bukunya memilih menyebut dengan Mee, berasal dari kata “me”, berarti manusia sejati cara mereka menyebut diri. Sebelum kontak awal dengan orang asing berlangsung, orang Mee telah memanfaatkan sumber alam sebagai tempat berlindung, bahan pangan, serta persenjataan.

Sementara itu, aktivitas ekonomi mereka adalah membudidaya ubi jalar, beternak babi, dan ragam aktivitas yang menghasilkan mege kulit kerang yang digunakan sebagai alat tukar. Orang Mee dipimpin oleh kepala suku yang memiliki status sosial tinggi berkat aktivitas ekonomi ini.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI