Tampilkan di aplikasi

Kala mata uang jadi alat juang

Majalah Intisari - Edisi 733
2 Oktober 2023

Majalah Intisari - Edisi 733

Rupiah tidak muncul begitu saja. Ia menjadi unsur penting selama konflik Belanda–Indonesia pada sekitar kemerdekaan. Bagaimana mata uang berpilin-kelindan dengan perjuangan?

Intisari
Hingga Desember 1945, di Republik Indonesia beredar paling tidak tiga mata uang, yakni mata uang pendudukan Jepang, uang sisa pemerintah Belanda dari de Javasche Bank, serta mata uang Jepang cadangan yang disita Netherlands–Indische Civil Administration (NICA). Dalam kondisi itu, pemerintah Republik pun tak bisa berbuat banyak, selain mengeluarkan kebijakan soal macam uang yang berlaku sebagai tanda bayar yang sah.

Saat uang Jepang telah ditarik sekalipun, NICA justru mengeluarkan mata uang baru yang disebut uang NICA –Nicageld. Jenis ini lebih dulu disiapkan ketimbang Oeang Repoeblik Indonesia (ORI), dan dicetak di American Bank Note Company atas kuasa pemerintah Belanda dalam pengasingan di London.

Oleh rakyat Indonesia, uang NICA ini disebut Uang Merah, sebab pada pecahan 10 gulden yang banyak beredar berwarna kemerahan. Mata uang ini cukup lancar beredar di daerah-daerah yang direbut sebelum Jepang menyerah —seperti Hollandia (kini Jayapura), Biak, Morotai, Balikpapan, dan Tarakan.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI