Tampilkan di aplikasi

Demi pala, Belanda rela tinggalkan New York

Majalah Intisari - Edisi 734
31 Oktober 2023

Majalah Intisari - Edisi 734

Tiga dari empat kapal perang Inggris yang merebut Banda Neira, 1811. Lukisan dibuat dari sketsa coretan Kapten Cole dari HMS Caroline. / Foto : LONGMAN, HURST, REES, ORME & BROWN/ NATIONAL MARITIME MUSEUM/WIKIMEDIA

Intisari
Pada suatu masa, nama “kepulauan rempah-rempah” memiliki arti yang sama dengan pundi-pundi emas bagi para petualang awal Eropa di perairan Pasifik. Selama berabad-abad, tritunggal rempah-rempah yang paling diincar cengkih, pala, dan fuli (bunga pala) memikat orang Eropa dan bangsa-bangsa asing lainnya mendatangi kepulauan Maluku.

Pala sendiri merupakan salah satu rempah-rempah terlangka di dunia pada abad ke-17, karena fragrans (pohon pala) Myristica hanya terdapat di kepulauan Banda. Penguasaan atas kepulauan tersebut menjadi sumber konflik, khususnya antara Inggris dan Belanda, di mana kedua bangsa Eropa tersebut ingin memonopoli perdagangan pala di dunia.

Selama berabad-abad, pala dan fuli hanya tumbuh di pulau-pulau karang bergunung api di kepulauan Banda yang terletak di selatan Pulau Seram. Dari enam pulau yang berada di kepulauan itu, lima di antaranya Banda, Neira, Ai, Run dan Rozengain merupakan penghasil komoditas tersebut.

Selain menyegarkan napas, pala digunakan untuk meredakan sakit kepala dan merupakan obat majur bagi penderita pencernaan. Bahkan, pada abad ke-16 harga pala meroket ketika para dokter di Inggris pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I menyatakan rempahrempah tersebut dapat digunakan untuk menyembuhkan wabah pes mematikan yang melanda kawasan Eurasia pada zaman itu.

Karena langka dan mahal, rempah-rempah juga digunakan sebagai alat tukar-menukar. Bahkan, sebegitu berharganya pala di Eropa sehingga pada akhir Abad Pertengahan dalam jumlah tertentu komoditas tersebut dapat digunakan untuk membeli sebuah rumah atau sebuah kapal!
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI