Tampilkan di aplikasi

Merapah jejak pemilu di Indonesia

Majalah Intisari - Edisi 735
30 November 2023

Majalah Intisari - Edisi 735

Tak lama lagi publik Indonesia memasuki masa pemilihan umum 2024. Bulan-bulan mendatang berbagai kanal media pasti dipenuhi kampanye para capres–cawapres dan caleg. Bahkan, para simpatisan masing-masing kini sudah mulai bergerilya. / Foto : KITLV

Intisari
Anda mungkin bertanya, mengapa untuk menentukan pemimpin mesti dilakukan pemilu? Mari kita periksa linimasa gagasan pemilu di awal Republik berdiri. Gagasan pemilu di Indonesia telah hadir sejak abad ke-20. Meskipun, tentu saja, wujudnya tidak persis seperti sekarang.

Manuel Kaisiepo, mantan wartawan Kompas sekaligus penyunting Jurnal Prisma (1979–1983) dalam editorial Prisma No. 9, September 1981 menulis, “Pemilihan umum memang telah menjadi tradisi penting, bahkan hampir-hampir disakralkan dalam berbagai sistem politik di dunia.” Pemilu jadi kian penting sebab berfungsi sebagai alat legitimasi atas kekuasaan yang ada. Bagi pergantian rezim, dukungan dan legitimasi inilah yang diburu.

Tunas gagasan. Kaisiepo bertutur, pemilu plus peranti hak pilih individu adalah budaya asing. Ia berasal dan tumbuh dari konteks “sosial-- budaya Eropa”–lantas belakangan Amerika— dan merupakan hasil dari perkembangan sejarah yang lama dan bertahap.

Pemilu yang kita kenal saat ini bersemi di Eropa sejak berabad lampau. Sigid Putranto Widagdo telah berupaya melacak gagasan pemilu dalam tulisan di Jurnal Prisma. Menurutnya, bentuk awal pemilu telah eksis sejak masa Yunani kuno, antara abad ke- 8–6 SM. “Pada masa itu beberapa jabatan yang menuntut kualifikasi istimewa diisi dengan orang-orang yang dipilih melalui pemilihan,” tulisnya dalam “Sistem Pemilihan Umum Universal dan Parokial”.

Demikian pula saat masa Romawi kuno, sekitar 140 SM. Orang-orang Roma saat itu juga telah mengatur cara pemilihan para wakil. “Walaupun cara yang digunakan masih dibilang primitif tetapi ide politik yang mendasarinya sangatlah besar bahkan menjadi sumber pemikiran politik modern yang kemudian tumbuh di Barat,” tulisnya.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI