Tampilkan di aplikasi

Batik Lasem dalam kesaksian arsip warga

Majalah Intisari - Edisi 736
26 Desember 2023

Majalah Intisari - Edisi 736

Sejak awal abad 20, batik Lasem sudah dikenal ke berbagai daerah seperti Sumatra dan Kalimantan, bahkan sampai ke Singapura.

Intisari
Perjalanan batik Lasem selama berabad-abad ternyata tak sengaja terekam oleh arsip pribadi warga setempat. Kita bisa menyimaknya dari beragam bnda peninggalan yang kini tersimpan di Museum Nyah Lasem. Lasem, sebuah kota kecamatan bagian dari Kabupaten Rembang di pesisir pantai utara, berjarak 12 km dari kota Rembang.

Kota ini memiliki luas wilayah 4.504 hektar dan dilalui oleh Jalan Raya Pos yang dibangun pada masa pemerintahan Daendels (1808-1811). Berkat jalan raya itu pula Lasem kemudian berkembang. Kota ini mendapat aneka julukan, mulai dari kota batik, kota santri, kota garam, kota pusaka, hingga Tiongkok Kecil, dan kawasan cagar budaya.

Menyelisik perjalanan sejarah batik Lasem menggunakan arsiparsip yang berasal dari kurun waktu 1910 hingga 1940 bak menemukan harta karun. Maklum, tidak banyak sumber-sumber sejarah berupa catatan pemerintah kolonial Belanda atau laporan pejalan era kolonial yang menyebutkan jaringan dagang batik Lasem awal abad 20 secara rinci.

Arsip internal perusahaan batik juga lebih banyak hilang termakan zaman, terbuang atau dibawa mati oleh pemiliknya. Sehingga pengetahuan tentang sejarah batik Lasem tak banyak diketahui publik. Namun kali ini membaca sejumlah arsip milik seorang kolektor arsip dari Lasem A.Soesantio dan Baskoro Pop terbukalah sejengkal lini masa peristiwa dalam rangkaian sejarah batik Lasem.

Lelahnya memproduksi batik. Sejak umur 4 tahun Soesantio mulai tertarik pada dunia filateli, saat kakak perempuannya memberikan prangko-prangko.

“Dari situ saya tertarik ngumpulin prangko. Amplop-amplop Papa saya guntingin semua prangkonya. Waduh waktu itu saya tidak tahu. Saya terlalu muda waktu itu. Menyesal saya mengguntingnya. Tapi ya saya terlalu muda,”ujar Santio yang menyebutkan bahwa perangko di atas amplop sangat berharga.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI