Tampilkan di aplikasi

Tionghoa pemula Sastra Jawa

Majalah Intisari - Edisi 737
31 Januari 2024

Majalah Intisari - Edisi 737

Suasana pecinan di Surakarta.

Intisari
Rambutnya tergerai sebahu. Kumisnya melintang, rapi. Dari potongan pakaiannya, ia tampak bak seorang Eropa. Dalam pose duduk, pandangan mata lurus ke depan. Dialah Tan Khoen Swie, pedagang dan penerbit buku dari Kediri, Jawa Timur. Foto dirinya acap terpampang di buku-buku terbitannya. Plus bubuhan tanda tangannya dan selarik kalimat berbunyi “Kitab ini sah bila ada tanda tangannja si penerbit sebagai di bawah ini.”

Hingga masa sekitar kemerdekaan Indonesia, nyaris nihil pemerhati sastra Jawa dan kaum terpelajar tak mengenal nama Tan Khoen Swie. Di desa-desa, buku-buku terbitan Boekhandel Tan Khoen Swie begitu kelak ia menyebut usaha niaga bukunya banyak beredar. Temanya pun beragam; tentang ahli nujum, primbon, hingga cara-cara menjadi dukun.

Bahkan, buku-bukunya menjalar ke berbagai wilayah di Hindia- Belanda, membuat jejaring gagasan. Kini, bila kita mencari sisa bukubukunya, beberapa pedagang buku lawas pun masih menyimpannya. Melalui kiprah itu, Tan menjadi sosok penting agen kebudayaan tulis di Jawa.

Dengan buku, Tan mengubah budaya tutur Jawa dengan budaya cetak. Ia turut mengubah tatanan masyarakat Jawa tradisional menuju modern. Namun, jangan buru-buru meremehkan sepak terjang Tan di ranah penerbitan dan niaga buku hanya karena yang ia terbitkan terdengar tak masuk di akal.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI