Tampilkan di aplikasi

Alam, air dan kita dalam Cerita Panji

Majalah Intisari - Edisi 739
1 April 2024

Majalah Intisari - Edisi 739

Di dalam kebudayaan kita, alam dan air punya kedudukan yang begitu penting bahkan sarat dengan makna. Bagaimana posisinya di dalam Cerita Panji?

Intisari
Di antara kekayaan budaya Nusantara, kisah Panji telah diakui UNESCO sebagai Memory of the World 31 Oktober 2017. Panji pada adalah kisah asli Jawa Timur, bukan cerita adaptasi India seperti Ramayana dan Mahabharata. Sebagai wacana kebudayaan, sejak pertama muncul dan berkembang pesat setidaknya pada masa kerajaan Majapahit (abad XIII), cerita ini sudah berumur delapan abad.

Sebagai dokumen kultural, teksteks Panji menguraikan sumber pengetahuan tentang kebudayaan dan pola-pola aktivitas yang mengatur kehidupan. Ia bukan cuma meninggalkan artefak relief pada lebih dari 20 candi di Jawa Timur (menurut penelitian arkeolog Jerman Lydia Kieven), atau seni pertunjukan seperti wayang beber, topeng, wayang gedhog, hingga wayang krucil, folklor dan masih banyak lagi.

Sejumlah ahli menyebutkan, dipandang dari perspektif sejarah, Cerita Panji adalah metafora atas peristiwa politik yang betul-betul terjadi pada masa pemerintahan Airlangga, yakni terpecahnya kerajaan Kadiri menjadi Jenggala dan Daha. Ia menyediakan refleksi simbolik aspek sejarah, arkeologi, filsafat, hingga politik.

Panji menjadi aktualisasi untuk menciptakan modus-modus dalam menghadapi persoalan kehidupan yang kompleks. Dalam tiap kisahnya, tidak sekadar perjalanan dan pengembaraan Panji Inu Kertapati mencari Sekartaji, namun membuka pemahaman akan bagaimana suatu pengalaman hidup harus dimaknai dan dikontekstualkan dengan diri sendiri sebagai sebuah refleksi.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

INTERAKTIF
Selengkapnya
DARI EDISI INI