Tampilkan di aplikasi

Semesta, kepedulian untuk kelestarian alam

Majalah Jendela - Edisi 43/Mei 2020
26 Agustus 2020

Majalah Jendela - Edisi 43/Mei 2020

Film “Semesta”

Jendela
Film “Semesta” sesungguhnya siapa pun kita bisa berbuat sesuatu, sekecil apa pun itu, untuk mencegah memperlihatkan bahwa kerusakan lebih lanjut akibat perubahan iklim. Di dalam film yang disutradarai oleh Chairun Nissa ini, ada tujuh tokoh atau sosok dari tujuh provinsi di Indonesia yang dengan caranya masing-masing menjaga keseimbangan alam dengan pendekatan agama, kepercayaan, dan budaya.

Produser film Semesta, Mandy Marahamin mengatakan, meskipun ada banyak masukan mengenai sosok inspiratif yang bisa diangkat untuk membangun pesan dalam film, namun ketujuh tokoh inilah yang kemudian dipilih setelah melalui riset. Mereka adalah sosok yang dianggap dapat mewakili keragaman manusia dan alam Indonesia. Meskipun berjenis dokumenter, namun alur “Semesta” dapat dinikmati seperti potongan-potongan cerita pendek. Penonton pun disuguhi gambar pemandangan yang indah dari tujuh provinsi di Indonesia.

Cerita Semesta dimulai dari sosok Tjokorda Raka Kerthyasa, tokoh budaya di Ubud, Bali. Ia bersama segenap umat Hindu menjadikan momentum Hari Raya Nyepi sebagai hari istirahat alam semesta. Dihentikannya penggunaan listrik, transportasi, dan industri selama satu hari saat Hari Raya Nyepi terbukti memberi dampak luar biasa dalam mengurangi emisi harian di Bali.

Dari Bali cerita kemudian berlanjut ke Kalimantan Barat. Di sana ada sosok Agustinus Pius Inam, seorang Kepala Dusun Sungai Utik yang berjuang memastikan penduduk desa memahami dan mengikuti langkah tata cara adat dalam melindungi dan melestarikan hutan. Deforestasi di dusun-dusun sekitar terbukti menyengsarakan, oleh karena itu hutan adat perlu dijaga..
Majalah Jendela di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI