Dalam awal tugas dakwah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memberikan peringatan kepada handai taulan terdekat. Keluarga dan tetangga adalah penyeksama terdekat dan pengamat paling jeli. Semua kesaksian mereka atas kita sebagai bapak atau suami akan lebih berharga dari siapapun di luar sana yang hanya pengagum sekilas dalam puja dan puji.
Rasulullah bersabda, yang terbaik di antara para lelaki adalah yang paling baik dalam perlakuannya kepada istri dan keluarganya sendiri. Sungguh, istri dan anak adalah kesenangan hidup di dunia. Maka yang menjadi tugas hidup kita adalah mengupayakan agar kelak berkumpul kembali bahagia di surga yang abadi.
Sungguh, istri dan anak adalah titipan amanah-Nya. Maka kita juga ditugaskan menjaganya, agar kelak saat dikembalikan, mereka sesuai dengan keadaan awalnya. Yakni berada di atas fitrah sucinya. Sungguh, istri dan anak adalah karunia paling berharga. Sudahkah tertunjukkan rasa syukur atas kehadiran mereka, di lembutnya kata dan syahdunya mesra?
Sungguh, istri dan anak adalah juga fitnah dan ujian yang nyata. Dalam membersamai dan menyenangkan, akan selalu ada pergulatan antara hasrat dengan keterbatasan, keinginan dan pemahaman, cinta dan peraturan, serta hawa nafsu dan bimbingan. Di sanalah ketaatan dan kesetiaan kepada Allah diguncang.
Bahagialah suami dan ayah; yang memastikan tiap suapan ke mulut istri-anak dan segala yang dilakukan, halal dan thayyib tak meragukan. Bahagialah suami dan ayah; yang membimbing istri dan anak mengulang hafalan, mentadabburi al-Qur`an, mengisah penuh cinta sirah Nabi dan kisah sahabat.
