Perbankan merupakan sektor paling dinamis dalam menyongsong era Industri 4.0. Brett King dalam Bank 4.0 menyatakan ke depan bank tidak memerlukan lagi kantor. Layanan perbankan justru berada di tangan nasabah melalui smartphone dan perangkat digital lainnya. Dengan sistem operasi serba digital, bank memerlukan SDM dengan pola pikir dan kompetensi yang berbeda jauh dengan perbankan konvensional.
Bagi BRI, dengan kurang lebih 116.000 pegawai yang melayani 2.880.916 nasabah di seluruh Indonesia, kondisi ini menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana BRI menyiapkan SDM yang sesuai dengan tuntutan masa depan bisnisnya? Majalah Manajemen mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Agus Winardono, Direktur Human Capital Bank BRI. Mari kita simak diskusinya.
Apakah bisa menceriterakan sekilas perjalanan karier Bapak di BRI?
Saya telah bersama BRI sekitar 31 tahun. Saya bergabung melalui program perekrutan yang disebut sebagai CS atau calon staf. Kalau sekarang, di BRI programnya disebut BRILiaN Future Leader Program, atau di perusahaan lain umumnya dinamakan ODP (officer development program), MDP (management development program) atau MT (management trainee).
Selama meniti karier, saya telah berpindah-pindah tempat tugas dan jabatan. Dalam 4 tahun terakhir, saya pernah menjabat sebagai Kepala Audit Intern BRI Wilayah Padang, Bandar Lampung, dan Jakarta 2.
