Di US Open Tennis Tournament 2021, final tunggal putri, Emma Raducanu, yang menjadi pujaan banyak orang, berhasil menjuarainya. Prestasi luar biasa dari gadis berusia 18 tahun ini memang menakjubkan. Seperti layaknya para juara tenis beberapa tahun terakhir ini, Emma bermain dengan mengandalkan speed and power (kecepatan dan kekuatan), sesuatu yang tidak dipunyai oleh para seniornya.
Pukulannya keras dan gerakannya lincah. Pola bermain ini bukannya tanpa pengorbanan. Dalam 20 menit pertama saja ia sudah melakukan 9 unforced error (kesalahan yang dibuat padahal tidak sedang di bawah tekanan bola sulit dari lawan); jumlah yang relatif besar untuk pemain kelas dunia.
Beberapa di antara unforced error ini terjadi karena keinginannya menambah power dalam pukulannya yang alih-alih berhasil menundukkan lawannya dengan cepat, malah menyebabkan bolanya menyangkut di jaring/net karena menurunnya tingkat akurasi. Namun demikian, secara keseluruhan, Emma berhasil memenangkan turnamen berat ini dengan mengandalkan gaya andalannya. Kalau dirunut lebih mendalam, kedua faktor ini speed dan power tidak mungkin dicapai tanpa adanya agility (kelincahan, kegesitan) yang prima.
