Tampilkan di aplikasi

Buku Marja hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Jadilah Umat Yang Bersahaja

1 Pembaca
Rp 29.000 15%
Rp 24.650

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 73.950 13%
Rp 21.363 /orang
Rp 64.090

5 Pembaca
Rp 123.250 20%
Rp 19.720 /orang
Rp 98.600

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Koreksi atau kritik ( mempunyai dua arti:al-Naqd) dalam bahasa Arab. Al-Naqd berarti memisahkan uang dinar atau dirham yang bagus dari yang jelek. Jika Anda berkata, “Naqadtu al-darahima wa intaqadtuha,” artinya Anda memisahkan uang yang bagus dari uang yang jelek, dan mengambil uang yang palsunya. Itulah makna dari kritik atau koreksi, yaitu memilih yang baik dan memisahkan yang palsunya.

Al-Naqd berarti kekeliruan, aib dan penyangkalan. Abu Darda Ra berkata, “Jika kamu mengoreksi orang, maka mereka pun akan mengoreksimu. Jika kamu membiarkannya, mereka tidak akan membiarkan kamu.” Artinya, jika Anda menyangkalnya, mereka akan menyangkalmu. Tetapi jika Anda diam, mereka akan terus menyangkalmu, dan Anda tidak akan selamat dari mereka.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Syakh Salman bin Fahd al-Audah
Editor: Adiel MT / Agus Salim / Zakiyyatul A’immah

Penerbit: Marja
ISBN: 9786237625360
Terbit: Maret 2019 , 124 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Koreksi atau kritik ( mempunyai dua arti:al-Naqd) dalam bahasa Arab. Al-Naqd berarti memisahkan uang dinar atau dirham yang bagus dari yang jelek. Jika Anda berkata, “Naqadtu al-darahima wa intaqadtuha,” artinya Anda memisahkan uang yang bagus dari uang yang jelek, dan mengambil uang yang palsunya. Itulah makna dari kritik atau koreksi, yaitu memilih yang baik dan memisahkan yang palsunya.

Al-Naqd berarti kekeliruan, aib dan penyangkalan. Abu Darda Ra berkata, “Jika kamu mengoreksi orang, maka mereka pun akan mengoreksimu. Jika kamu membiarkannya, mereka tidak akan membiarkan kamu.” Artinya, jika Anda menyangkalnya, mereka akan menyangkalmu. Tetapi jika Anda diam, mereka akan terus menyangkalmu, dan Anda tidak akan selamat dari mereka.

Pendahuluan / Prolog

Mukadimah
Segala puji hanyalah milik Allah. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan dari kejelekan amal-amal kita. Barangsiapa memperoleh petunjuk dari Allah, tidak ada seorang pun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa Allah membiarkan dalam kesesatan, tidak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.

Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah memberi kesejahteraan dan keselamatan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya sampai Hari Kiamat kelak.

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (Akhirat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Qs al-Hasyr: 18).

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(Qs anNisa: 1).

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosadosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”(Qs alAhzab: 70-71) Buku ini berjudul “Limâdzâ Nakhâfu Al-Naqd (Mengapa Kita Dikritik)?” Pada mulanya terlintas dalam pikiran satu pertanyaan berikut, “Mengapa judulnya demikian?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya jelaskan empat hal sebagai berikut:

1. Bukan suatu yang aneh bagi seorang Muslim membaca keterbelakangan dunia Islam pada berbagai bidang, dari keilmuan, kemasyarakatan, politik, baik secara individu maupun sosial. Keterbelakangan dunia Islam mencakup berbagai lini kehidupan tanpa kecuali. Kita melihat kebanyakan kaum Muslim marah atau tidak suka dengan berbagai kritik, pengawasan, koreksi yang ditujukan kepadanya. Bahkan pada kaum Muslim hari ini, baik secara individu atau kelompok, umat bahkan negara, sering menganggap bahwa kritikan atau koreksi sebagai kriminalitas.

Dianggapnya orang yang mengoreksi mereka sebagai telah berbuat kriminal, keluar dari aturan hukum, ragu-ragu, serta menudingnya sebagai upaya untuk mengganggu keamanan dan ketenteraman masyarakat dengan membawa tujuan-tujuan politis. Karena itu, kita mendapati sejumlah negara yang mencatat orang-orang yang memberikan koreksian sebagai musuh. Demikian pula sungguh disayangkan kita temukan kebanyakan kelompok Islam yang menganggap orang yang memberikan koreksi pada mereka sebagai musuh, bahkan terkadang dianggap sebagai musuh Islam. Secara individu banyak yang menganggap bahwa orang yang melakukan koreksi sebagai orang yang dihinggapi rasa dengki.

2. Kami mendapati banyak orang dengan berbagai tingkat sosialnya mengakui memiliki kekurangan. Sering kita mendengar seorang alim, hakim, dai, pedagang, atau yang lainnya berkata, “Kami memang bukan orang yang maksum. Kita semua berbuat salah.” Mereka berhenti pada sebatas pengakuan yang samar dan bersifat umum dengan tanpa mengungkapkan kesalahan dan pengakuan atas suatu jenis dan bentuk kesalahan, dan kemudian berusaha sungguh-sungguh untuk memperbaiki diri.

Saya katakan, “Memang tak seorang pun mengakui bahwa Anda adalah raja, hingga Anda mengatakan saya manusia. Tak seorang pun mengakui bahwa Anda adalah seorang Nabi atau Rasul, hingga Anda mengatakan bahwa saya bukanlah orang yang maksum. Setiap orang tahu bahwa Anda adalah manusia biasa dan tidak maksum. Anda berbuat salah dan setiap orang mengakui hal itu. Bahkan kebanyakan orang mengungkapkan perkataan ini dalam rangka menutupi kesalahan dan memberikan pembelaan dengan memakai baju kebenaran.” Saya katakan, pengakuan ini masih belum jelas. Memang Anda seorang manusia biasa bukan orang yang maksum dan suka berbuat salah. Tetapi, tidak ada guna dan manfaatnya, selama Anda tidak berani mengakui dan mendiskusikan kesalahan itu.

Daftar Isi

Sampul
Daftar Isi
Mukadimah
Bab II: Apa yang Dimaksud Koreksi?
Bab II: Landasan Syariat tentang Koreksi
Bab III: Peranan Kita dalam Mengoreksi
Bab IV: Pentingnya Koreksi
Bab V: Menghindar dari Kesalahan
Bab VI: Jenis-jenis Koreksi
Bab VII: Koreksi yang Tercela
Bab VIII: Hal yang HarusDiperhatikan Sebelum Mengoreksi
Bab IX: Kiat Rasulullah Saw dalam Memberikan Koreksi
Penutup