Tampilkan di aplikasi

Mental Petantang-Petenteng

Majalah Matra - Edisi 0218
6 Februari 2018

Majalah Matra - Edisi 0218

ilustrasi.

Matra
Pernah suatu kali aku mengerjakan biografi seorang tokoh besar.
Naskah beres. Sang tokoh kemudian meminta saya menemui sebuah agensi desain untuk me-layout buku ini. Biasanya aku melayout sendiri bersama staf artistik. Tapi okelah, kali tokoh itu nge-fans sama gaya desain agen itu. Jadi suatu petang datanglah aku ke kantor agen di kawasan Senayan.

Mereka, berkantor di sebuah rumah. Begitu aku datang...wow. Oke. Satu anak muda pake wig orange dan kakinya naek ke meja. Satu orang lagi asyik goyangin badan dengan earphone di depan komputer. Dua orang lagi asyik main games berdempetan. Aku mengucap salam. Enggak ada satu pun yang menoleh. Baru beberapa menit kemudian bos mereka muncul.

Mental Petantang-Petenteng Banyak pertemuanku dengan anak muda dalam pekerjaan. Sebagian besar menyenangkan. Sebagian kecil menyedihkan. Ini sharing-ku ya tentang sebagian kaum generasi milenial. “Hai mbak AE. Guys ini mbak AE udah datang.” Si wig orange menoleh sebentar dan kembali tak acuh. Kami rapat. Ternyata si wig orange yang akan me-layout.

Hadeh. Ongol ongol berkelir. Rapat yang sangat tak menyenangkan karena sikap si wig orange yang jauh dari santun. Dan secara keseluruhan aura kantor itu menyebalkan sekali. Anak anak muda yang enggak punya manner karena mereka sungguh kayak asyik sama dunia sendiri.

Aku sampai harus mengulang pertanyaan sampai 3 kali untuk mendapatkan jawaban. Padahal, mahluknya ada di depanku. Esoknya, aku mendadak minta waktu menghadap si tokoh. Aku tanya...apakah harus agensi itu yang me-layout. “Oh nggak. Saya hanya usul saja. Agensi itu milik teman saya. Kalo enggak oke, enggak apa, ya enggak usah mereka.”
Majalah Matra di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI