Tampilkan di aplikasi

Politik kantor yang kotor

Majalah Matra - Edisi 0518
7 Mei 2018

Majalah Matra - Edisi 0518

Caranya, terkadang membuat kita geleng-geleng kepala.

Matra
Mendengar kata politik atau berpolitik, mungkin kita akan langsung teringat para petinggi negeri di kursi-kursi pemerintahan Tanah Air. Kongsi-kongsi politik, beragam intrik tercium di dunia politik, dari mencari nama, menyenangkan pihak-pihak yang memiliki kekuasaan, hingga menjatuhkan kompetitor. Caranya, terkadang membuat kita geleng-geleng kepala.

Nah, apa yang pertama kali terlintas dalam pikiran kita ketika mendengar istilah “politik kantor”? Hampir pasti, konotasinya kotor. Dalam konteks politik kantor yang kotor, ada baiknya kita merenungkan doa filsuf asal Prancis, Voltaire (1694 – 1778), yang berbunyi: “Lord, protect me from my friends; I can take care of my enemies” – Tuhan, lindungilah aku dari temantemanku, aku dapat melindungi diri dari musuh-musuhku.

Doa Voltaire mengingatkan kita pada adagium dunia politik, bahwa tak ada yang namanya teman abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Tidak ada yang bisa menjamin teman akrab, tidak akan berubah menikam dari belakang bila ada kesempatan.
Office politic selalu ada di setiap kantor.

Hanya saja, ada yang tajam, ada yang tidak, ada yang positif, dan ada negatif. Kantor, sebagai tempat bertemunya sekumpulan orang dengan berbagai kepentingan dan tempat karier dipertaruhkan, tentu tidak akan lepas dari esensi politik, perebutan kekuasaan. Ketika orang tumbuh berkumpul selalu ada “saya” dan “mereka”.

Kebanyakan tak menyadari, tetapi tanpa disadari menjadi “pemain”-nya. Banyak dari kita yang masih sulit mengenali dan mengatasinya. Ada yang menyebutnya, sebuah permainan. Gejolak adrenalin yang dirasakan dalam persaingan, mirip dengan olahraga.
Majalah Matra di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI