Indonesia yang dihuni lebih dari 250 juta jiwa saat ini sangatlah terasa sempit jika dalam beberapa pekan terakhir hanya disibukkan oleh perkara politik yang memanas dan bermuara pada hasrat merebut kuasa.Karenanya, Pameran ‘The Sense of Beauty’ hadir sebagai penyejuk. Di ranah kesenian, karya-karya menyejukkan selalu hadir dengan berbagai variasinya yang cukup warna-warni, yang akan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk melupakan ketegangan yang dilahirkan di ranah politik, seperti karya lukis dan foto yang disuguhkan 21 seniman yang turut serta dalam pameran ‘The Sense of Beauty’ di Ciputra Artpreneur, Jakarta, pada 31 Maret – 9 April 2019.
Seni yang menyejukkan itulah yang berjasa dalam meredakan kembali ketegangan yang sempat terpicu oleh isu-isu politik. Berkesenian menjadi salah satu kebutuhan dalam hidup manusia. “Selain itu, pameran ini juga bertujuan untuk merespon Beauty Fest Asia dan meningkatkan sense of beauty,” ungkap President of Jakarta Illustration Visual Art (JIVA) serta Art Manager of Gallery Artpreneur Centre Ghanyleo. Lebih lanjut, Ghany menuturkan, seniman dibebaskan untuk merepresentasikan tentang ‘sense of beauty’ dari masing-masing karyanya. “Tidak terbatas pada kecantikan wanita saja, ada yang tentang keindahan alam Indonesia bahkan pakaian adat Indonesia,” tutur pria eksentrik itu.
Salah satu seniman yang turut dalam pameran ini adalah Brigadir Jenderal (Brigjen) Polisi Chrysnanda Dwi Laksana, yang akrab disapa Chrysnanda, merupakan sosok yang unik dan langka dan serba bisa. Baik mengkonsep lalulintas, melukis, dan mendalang pewayangan. Profesi sehari-hari sebagai polisi, bergelar doktor dan punya hobi melukis. Pada pameran ini, Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri tersebut menampilkan dua karyanya, yakni berjudul “Anonim Keutamaan” dan “Mengalir Teduh”.
