Pandemi Covid-19 telah mendorong hidup banyak orang di seluruh dunia ke ruang virtual. Sejak setahun lalu kita jadi terbiasa menghadiri rapat dan berkomunikasi dengan rekan maupun kolega melalui aplikasi video conference.
Akibat banyaknya kegiatan virtual tersebut, banyak karyawan yang mengalami sindrom Zoom Fatigue. Intensitas panggilan video yang rutin dilakukan, bahkan hampir setiap hari, menyebabkan sebagian orang merasakan keletihan yang lebih besar bila dibandingkan dengan bekerja di kantor. Zoom Fatigue merupakan gejala kelelahan akibat sering menggunakan video conference. Tidak hanya dengan Zoom, kondisi tersebut juga sering dirasakan pengguna Google Hangouts, Skype, FaceTime, atau jenis video call lainnya.
Namun, Zoom Fatigue tidak serta merta muncul sekali setelah melakukan video conference. Ada bermacam penyebab sindrom ini. Harvard Business Review menyebutkan penyebabnya, antara lain ketika pengguna dipaksa fokus menerima informasi melalui percakapan. Bagi sebagian orang, distraksi berkepanjangan dapat menimbulkan rasa bingung dan menguras energi. Otak menerima beban akibat rangsangan berlebih dan pada saat bersamaan juga mencoba fokus mencari isyarat nonverbal yang tidak dapat ditemukan.
Selain itu, biasanya saat rapat secara langsung, seseorang bisa mengajukan pertanyaan dan berinteraksi agar mendapatkan informasi lebih. Sedangkan pada video call, hal ini tidak memungkinkan kecuali dengan chat pribadi. Ketika berusaha fokus, tetap saja ada hal yang mengganggu video call. Misalnya, lingkungan dan suara di rumah yang terkadang tidak kondusif untuk melakukan video conference.
