Tampilkan di aplikasi

Buku MNC Publishing hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Aku Di Bulan

Telah Kutitipkan Wajahmu Pada Bulan

1 Pembaca
Rp 36.000 8%
Rp 33.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 99.000 13%
Rp 28.600 /orang
Rp 85.800

5 Pembaca
Rp 165.000 20%
Rp 26.400 /orang
Rp 132.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

“Ambilkan bulan bu...
Ambilkan bulan bu...
Yang selalu bersinar, di langit...
Di langit.. Bulan bersinar.
Cahyanya sampai ke bintang.
Ambilkan bulan bu.
Untuk menerangi, Tidurku di malam yang kelam.”

“Yuk pro konco dolanan ing njobo.
Padang bulan, padange koyo rino.
Rembulane, sing awe - awe.. Ngeliake ojo podho turu sore.”

Lagu di atas adalah lagu kesukaan saya masa kanak-kanak. Dulu bersama ibu, bapak dan adik-adik, kami sering menyanyikannya. Lagu bintang kecil, bintang kejora, bulan sabit, padang bulan, ambilkan bulan bu, matahari bersinar terang dan awan putih adalah lagusuka.dan Maha berkehendak membuat saya takjub akan viii Karenanya menulis tentang langit, angkasa dan isinya paling sering saya lakukan. Langit dan bendabenda angkasa memberi inspirasi yang indah untuk sebuah tulisan. Sungguh Allah Yang Maha Berilmu ciptaan-Nya yang ada di atas langit. Langit menyimpan banyak inspirasi terindah dan termegah. Karya spektakuler dari Allah Yang Maha Agung. Saat menulis puisi Aku di Bulan adalah dengan kerinduan saya yang terdalam pada ibu dan bapak. Terutama ibu. Saya membayangkan dengan di bulan akan bisa melihat ibu dan bapak tidur di makamnya. Saya ingin ibu dan bapak terbangun dari tidurnya, menjangkau tangan saya. Lalu kami bisa menari dan menyanyi lagi. Walau kini dalam tarian dan nyanyian yang sepi. Teriring doa untuk ibu dan bapak tercinta. “Semoga Alloh mengampuni dosa-dosa ibu dan bapak. Dan menjauhkan beliau dari siksa kubur dan siksa api neraka.” Aamiin... Allahumma Aamiin

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Khanis Selasih

Penerbit: MNC Publishing
ISBN: 9786026931535
Terbit: Maret 2022 , 126 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

“Ambilkan bulan bu...
Ambilkan bulan bu...
Yang selalu bersinar, di langit...
Di langit.. Bulan bersinar.
Cahyanya sampai ke bintang.
Ambilkan bulan bu.
Untuk menerangi, Tidurku di malam yang kelam.”

“Yuk pro konco dolanan ing njobo.
Padang bulan, padange koyo rino.
Rembulane, sing awe - awe.. Ngeliake ojo podho turu sore.”

Lagu di atas adalah lagu kesukaan saya masa kanak-kanak. Dulu bersama ibu, bapak dan adik-adik, kami sering menyanyikannya. Lagu bintang kecil, bintang kejora, bulan sabit, padang bulan, ambilkan bulan bu, matahari bersinar terang dan awan putih adalah lagusuka.dan Maha berkehendak membuat saya takjub akan viii Karenanya menulis tentang langit, angkasa dan isinya paling sering saya lakukan. Langit dan bendabenda angkasa memberi inspirasi yang indah untuk sebuah tulisan. Sungguh Allah Yang Maha Berilmu ciptaan-Nya yang ada di atas langit. Langit menyimpan banyak inspirasi terindah dan termegah. Karya spektakuler dari Allah Yang Maha Agung. Saat menulis puisi Aku di Bulan adalah dengan kerinduan saya yang terdalam pada ibu dan bapak. Terutama ibu. Saya membayangkan dengan di bulan akan bisa melihat ibu dan bapak tidur di makamnya. Saya ingin ibu dan bapak terbangun dari tidurnya, menjangkau tangan saya. Lalu kami bisa menari dan menyanyi lagi. Walau kini dalam tarian dan nyanyian yang sepi. Teriring doa untuk ibu dan bapak tercinta. “Semoga Alloh mengampuni dosa-dosa ibu dan bapak. Dan menjauhkan beliau dari siksa kubur dan siksa api neraka.” Aamiin... Allahumma Aamiin

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Assalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh Alhamdulillahirrobbil Alamiin. Setelah terbit buku puisi perdana Cinta Sederhana, kembali saya menerbitkan buku puisi kedua Aku di Bulan. Pada buku kedua, saya berkolaborasi dengan sahabat dan senior Friheddapinta yang lebih dikenal dengan nama pena Pinto Janir. Semoga kolaborasi ini bisa menjadi kolaborasi terindah buat saya pribadi, Mas Pinto dan pembaca semua, seindah persahabatan saya dengan Mas Pinto, antara junior dan senior, antara adik dan kakak. Aku di Bulan akan berkolaborasi dengan puisiaktu yang berbeda, tanpa kungannya yang membuat saya semakin kan dari siksa api neraka. Adalah wujud rasa iv puisi Mas Pinto Janir berlabel Telah Kutitipkan Wajahmu Pada Bulan.

Saya pribadi sangat surprise dengan kolaborasi pui si ini. Di mana kami menciptakan masing-masing puisi di tempat dan w sengaja. Ternyata puisi kami seperti saling melengkapi atau saling mengisi satu sama lain. Semoga pembaca juga merasakan surprise akan keindahan puisi Aku di Bulan seperti halnya saya. Spesial doa khusus untuk ibu dan bapak di alam barzah. Moga diampuni segala dosanya dan dijauh terima kasih dan bakti saya kepada beliau berdua. Terima kasih pada suami dan anak-anakku tercinta.

Atas du mencintai hobi menulis. Di mana hobi ini sudah hampir puluhan tahun saya tinggalkan. Terima kasih tiada terhingga dan berlapis-lapis pada Mas Pinto Janir atas segalanya. Yaitu persahabatan juga kerja sama yang indah dan sangat berkesan. Walau kami terentang jarak yang sangat jauh. Bukanlah suatu halangan yang berarti untuk berkolaborasi.

Kepintaran dan kesabaran Mas Pinto membuat saya nyaman berkolaborasi dengan beliau. “Maafkan Khanis ya Mas Pinto, bila terlalu sering bertanya. Khanis sekadar amalkan pepatah malu bertanya sesat di ungkapan kata-kata”.

Terima kasih buat semua kerabat dan sahabat yang selalu mendukung saya. Terima kasih juga padav penerbit MNC Publishing yang sangat membantu terbitnya buku Aku di Bulan ini. Sungguh saya bukan siapa-siapa dan tidak akan bisa menjadi apa-apa tanpa kalian semua. Salam sayang persaudaraan.

Salam Ukhuwah.

Wassalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh
Khanis Selasih

Penulis

Khanis Selasih - Khanis Selasih, penulis kelahiran Surabaya, terlahir dari pasangan suami isteri, Suyadi dan Rr. Tuti Mulatsih pada 27 Desember. Saat ini masih setia menetap di Surabaya. Bekerja sebagai desainer Khanis Production. Aktif sebagai Pimpinan Redaksi Jurnal Sastra AKSARA & Ketua Umum Komunitas Penulis Kreatif Jawa Timur. Telah menerbitkan 15 buku karya tunggal yang diterbitkan secara indie maupun mayor dan 100 lebih buku antologi dari berbagai event yang diadakan oleh komunitas literasi, penerbit indie dan penerbit mayor. Sangat menyukai keheningan dan kesunyian namun sedih jika merasa kesepian. Facebook: Khanis Selasih Blogger: khanisselasih.blogspot.com Email: khanisselasih27@gmail.com khanisselasih@yahoo.com

Daftar Isi

Sampul
Kata Pengantar
Sekapur Sirih
Daftar Isi
Penat
Pasar Tradisional
Bulan Kesiangan
Angkuh Diammu Menegak
Kisah Penari
Sampaikan Salam Pada Bulan
Memutar Bayang-Bayang
Menjauh Janji Terhempas
Meranggas
Aku Jenuh!
Cinta Separuh Hati
Tak Lagi Sekilap Kaca
Bedo Ganjaran
Different Repayment
Beda Imbalan
Jalanan Mengunyah Tentangmu
Fenomena Negeriku
Rindu, Jangan Tuduh Aku!
Aku Di Bulan
Telah Kutitipkan Wajahmu Pada Bulan
Takdir Pasti Mengalir Nadi
Rantas Ikatan
Kangen Sajakku
Cinta, Laut Menunggu! (1)
Cinta, Laut Menunggu! (2)
Nyanyian Putik Rimba Kelam (1)
Nyanyian Putik Rimba Kelam (2)
Hutanku Gurun Di Tempat Mana Puisiku Rimbun! (1)
Hutanku Gurun Di Tempat Mana Puisiku Rimbun! (2)
Air Matamu Puisiku!
Darah Di Nadimu Sajakku!
Pada Sebatang Pohon Tua Itu... (1)
Pada Sebatang Pohon Tua Itu... (2)
Petir Jangan Rusak Mimpiku!
Petir Enyahlah Dariku!
Di Manakah Purnama?
Bila Senyummu Berakhir, Aku Mati (1)
Bila Senyummu Berakhir Aku Mati (2)
Kau Menutup Pintu
Usah Risau Hati
Merenda Hari Esok
Menjahit
Kemana Nyali Pergi?
Empunya Hati
Menjerang Luka
Aku Terluka
Aku Ingin Pulang
Tungku Rindu
Gamang Terpagut Asmara
Hampa
Sunyi Bernyanyi
Sembilu Rasaku
Kau, Aku Dan Matahari (1)
Kau, Aku Dan Matahari (2)
Kepingan Hati
Terjerat Ilusi
Ingkar Janji
Peram Kesedihan
Gerimis Di Ujung Senja
Adalah Nelangsaku
Cinta Pinta...
Burung Murung
Cinta Mati Telah Mati
Aku Cemburu
Cintaku Nyata
Kembali Ke Titik Nol
Bintang Datang, Cinta Terbawa
Kata, Pinta, Rasa
Rindu Pagi
Selamat Tinggal
Oh, Manakah Bintang
Dengarkan Aku Kawan
Pagi Sisa Hujan Semalam
Kebencian
Hujan Sore Hari
Kehidupan
Tentang Malam
Abu-Abu
Senja
Bersama Malam
Malam Tersenyum Perih
Nanar Kutatap Bulan
Desemberku
Malam Tersenyum Perih
Bersama Malam
Sebagian Dariku Menghilang
Kau Bunuh Cintaku
Bagai Arca Hidup
Alam Hilang Di Gumpalan Awan Hitam
Aku Terngarai Di Sini (1)
Aku Terngarai Di Sini (2)
Terberai Cinta, Terngarai Sayang
Tentang Penulis