Ikhtisar
Bercerita tentang para pahlawan memang tidak ada habisnya, terlebih tentang para pahlawan super dengan berbagai kesaktian. Terlepas dari komentar-komentar nyinyir dan tidak percaya akan kemampuan supranatural para tokoh super dalam mitos dan fiksi, mereka selalu hidup dari generasi hingga ke generasi dengan konsep berbeda namun dalam satu benang merah: magis.
Pendahuluan / Prolog
Sastra Lisan Madura : Selayang Pandang
Nusantara, atau kini Indonesia, memiliki tradisi budaya bercerita yang panjang dari generasi ke generasi yang menurunkan berbagai mitos-mitos kedaerahan yang dipercaya oleh masyarakat pengampunya. Terdapat lebih dari ribuan cerita rakyat, mitos dan legenda yang menyebar dari Sabang sampai Merauke, bahkan setiap suku bangsa memiliki cerita rakyat mereka sendiri. Mitos dan legenda itu familiar diceritakan secara lisan, sebagai pembentuk karakter dari generasi ke generasi.
Bahkan beberapa dari cerita rakyat tersebut menjadi sangat populer, serta tidak jarang memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan pembangunan dan perekonomian masyarakat di daerah itu. Sebut saja Festival Bau Nyale di Lombok yang berakar dari cerita rakyat tentang seorang putri yang menjelma menjadi cacing beraneka warna, atau sendratari Ramayana di halaman Candi Prambanan yang juga menceritakan tentang cerita rakyat Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang.
Perkembangan peradaban awal di Nusantara yang dekat dengan penyebaran Agama HinduBuddha menjadikan cerita-cerita rakyat di Nusantara, dan Jawa sebagai pusat peradaban di Indonesia sejak zaman Majapahit, sangat dipengaruhi oleh budayabudaya India yang masuk bersama pengaruh budaya dari negara di Asia Selatan. Pengaruh kuat dari eposepos kerajaan Hindu Arya seperti Mahabharata dan Ramayana menjadikan sastra-sastra lisan dan kisahkisah magis yang diceritakan secara turun temurun selalu lekat dengan lingkungan keluarga kerajaan.
Secara turun temurun pula, kepercayaan bahwa raja-raja di kerajaan-kerajaan Jawa merupakan keturunan dari dewa dan dewi di kahyangan merasuk dalam pola pikir masyarakat. Sebagai akibatnya, selalu saja ada kisah-kisah magis dan bukti-bukti kesaktian yang dihubungkan dengan raja-raja tersebut.
Penulis
Dimas Iqbal Romadhon - Meraih gelar Sarjana Sastra dari Universitas Brawijaya Malang pada 2011 dan akan melanjutkan studinya ke University of Washington, Amerika Serikat dengan keminatan Kajian Asia Tenggara. Dia merupakan pengajar di Universitas Islam Raden Rahmat Malang, serta sering terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial budaya mulai dari tingkat lokal, nasional hingga internasional.
Dimas telah menerbitkan beberapa buku pengajaran dan akademik yang diterbitkan oleh UMM Press, serta menjadi perwakilan Indonesia dalam International Convention of University Presses, Frankfurt, Jerman. Dia juga beberapa kali diundang untuk berbicara tentang budaya dan pendidikan, diantaranya di Clark, Filipina dan Prague, Republik Ceko. Buku ini merupakan buku pertamanya yang mengangkat kekayaan budaya kampung halamannya, Madura.
Daftar Isi
Sampul
Sebuah Pengantar
Dari Penulis
Daftar Isi
BAB I Sastra Lisan Madura : Selayang Pandang
BAB II Realisme Magis dan Mitos Tokoh-Tokoh
BAB III Raden Segara
BAB IV Jokotole, Sang Raja Madura
BAB V Sunan Cendana, Penyebar Islam Pertama
BAB VI Bindara Saot, Rakyat Jelata yang Menjadi
BAB VII Ke’Lesap, Penggerak Pemberontak Rakyat
BAB VIII Panembahan Ronggo Sukawati, Penguasa
BAB IX Rato Ebu, Ibu Para Raja Madura Barat
BAB X Syaichona Kholil, Guru Para Ulama
BAB XI Realisme Magis dalam Mitos Madura
BAB XII Penutup
Rujukan
Biografi Penulis