Tampilkan di aplikasi

Titik perubahan seorang Al-Ghazali

Majalah Mulia - Edisi 02/2021
23 Februari 2021

Majalah Mulia - Edisi 02/2021

Sejarah Al-Ghazali diibaratkan sebagai lampu.

Mulia
Siapa yang tak mengenal Imam Al-Ghazali? Baik orang yang hidup di masanya sampai saat ini, terutama para akademisi dan pegiat dakwah bahkan murid-murid di pesantren, sangat akrab dengan nama Imam Al-Ghazali.

Dr. Ir. Ali Ash-Shalabi dalam bukunya Dakwah Imam Ghazali Fi Tajdid wal Ishlah menjelaskan bahwa sejak masanya Imam Ghazali adalah tokoh kharismatik yang dikenal oleh manusia di seluruh penjuru dunia.

“Imam Ghazali dianugerahi harta berlimpah, ketenaran, keharuman nama, serta bijak petuahnya. Ia menikmati semua karunia tersebut, walaupun begitu, ia tidak terlena dengan segala reputasi yang telah direngkuhnya. Ia tetap bergelut dengan ilmu dengan menelaah berbagai macam buku,” tulisnya.

Hampir setengah dari usianya, dihabiskan untuk mencari dan menyelidiki semua jenis dan aliran keilmuan yang berkembang. Dalam Al Munqidz Min Ad Dlalal, dia mengungkapkan satu kisah.

‘’Sejak muda, kurang dari 20 tahun hingga lebih dari 50 tahun kini, tidak hentinya aku menyelami samudra luas ini. Aku selidiki setiap kepercayaan, aku dalam setiap mazhab, dan aku kaji setiap ajaran untuk membuktikan mana yang benar; Bathiniyyah, Zhahiriyyah, kalam, filsafat, dan tasawuf. Tidak ketinggalan pula kaum Zindiq dan Mu’athil.’’

Langkah itulah yang dinilai banyak pihak yang menjadi faktor utama terjadinya perubahan besar dalam kehidupan Al-Ghazali. Terutama kala membaca kitab Quut Al-Quluub karya Abu Thalib Al-Makky dan beberapa kitab karya Al-Haris Al-Mahasiby dan Al-Mutafarriqah Al-Ma’tsurah karya Al-Junaed.
Majalah Mulia di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI