Tampilkan di aplikasi

Dunia prsekolah, si jago kandang

Tabloid Nakita - Edisi 905
10 Agustus 2016

Tabloid Nakita - Edisi 905

Kandang Di rumah, ia aktif dan ceriwisnya bukan main, tapi di sekolah, langsung “melempem”. Kenapa, ya? / Foto : istock

Nakita
Suatu waktu saat Nadya datang ke sekolah Dayu, 4 tahun, ia mendapat informasi bahwa Dayu itu jarang bicara dan lebih banyak diam jika sedang di kelas. Guru Dayu mengungkapkan, meski Dayu cukup bisa mengikuti instruksi yang diberikan, tetapi akan jauh lebih baik jika Dayu bisa lebih aktif lagi. Nadya terhenyak, mengapa bisa demikian. Dayu adalah anak yang ceria dan selalu banyak bicara saat di rumah bersama kedua orangtuanya. Ia kerap bertanya ini itu, bergerak ke sana ke mari, dan tak pernah diam, kecuali saat tidur. Bagaimana bisa hal itu terjadi? Mengapa ya Dayu berbeda 180 derajat saat di rumah dan di sekolah?

Cek Pola Asuh Kita Lastrida Paskah Widya S, SPsi., konselor Sekolah IPEKA Sunter, menuturkan, memang ada anak yang cenderung aktif seperti riang, banyak bicara, banyak bergerak, mandiri, dan pemberani di rumah. Namun hal ini bertolak belakang ketika anak berada di luar rumah, seperti sekolah atau tempat-tempat umum. Anak menjadi pasif, tibatiba menjadi pendiam, pemalu, takut-takut, atau bahkan rewel karena selalu ingin menempel pada Mama Papa atau orang yang dikenalnya. Inilah yang disebut jago kandang.

Jago kandang dapat muncul karena pola asuh di rumah yang otoriter. Orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis di rumah akan membantu anak menjadi terbiasa mengeluarkan pendapat dan terbiasa mengekspresikan dirinya maupun perasaannya. Pola asuh demikian akan membantu anak beradaptasi di lingkungan yang baru, karena anak terbiasa berinteraksi dengan orang lain dan terbiasa mengeluarkan pendapat maupun ide-idenya. Selain itu, orangtua menjadi tahu kapan anak mengalami kesulitan dengan memerhatikan perubahan pada perilaku anak. Sedangkan orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter, akan membentuk anak menjadi tidak dapat melakukan apa-apa di luar rumah karena terbiasa dengan aturan dan perintah dari orangtuanya. Biasanya orangtua otoriter kurang mendengarkan pendapat anak, sehingga mereka menjadi lebih pasif.
Tabloid Nakita di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI