Doula Irma Rakhmawati menjelaskan, ada dua jenis doula, yaitu birth doula dan postpartum doula. Biasanya birth doula juga mendukung pelayanan setelah kelahiran, tetapi hanya 1—2 kali visitasi saja. Selebihnya, Mama dapat mencari postpartum doula. Namun ada pula beberapa doula yang telah tersertifikasi birth and postpartum doula sehingga pelayanannya dimulai dari kehamilan, persalinan, hingga pascapersalinan.
Menurut Irma, siapa pun dapat menjadi doula asalkan memiliki hati, komitmen, dan dedikasi tinggi dalam berbagi dan melayani. Selain tentunya juga harus memiliki bekal ilmu persalinan dan lebih memahami persalinan dari “kacamata” mama. Pasalnya, doula harus menyiapkan kelas persiapan persalinan berupa edukasi dan konsultasi dalam memilih dan menentukan persalinan yang paling cocok atau diinginkan sesuai dengan kondisi masingmasing pasangan sehingga pasangan dan keluarga dapat lebih maksimal dalam melakukan pendampingan. Di Indonesia, sepengetahuan Irma, sudah banyak pelatihan doula.
Tak hanya di kota besar seperti Jakarta, juga di daerah lainnya. “Di Jakarta ada sekitar 5—10 doula, tetapi yang bersertifikasi lebih sedikit lagi,” ujar Irma. Memang, Ma, tidak semua doula memiliki sertifikasi, tetapi tentunya sudah mengikuti pelatihan yang biasanya berupa workshop. Bagi doula yang ingin mendapat sertifikasi, akan melanjutkan tahapannya untuk menjalani pelatihan-pelatihan sertifikasi doula. Meski sertifikasi doula kebanyakan berada di luar negeri, ada pula beberapa yang diadakan di Indonesia, tepatnya di Bali, tetapi tetap diselenggarakan oleh lembaga/ organisasi doula yang berafiliasi dengan organisasi doula internasional, seperti DONA (Amerika Serikat) dan DUK (Inggris). Contohnya, Eat Pray Doula, CBI (Child Birth International), BirthWorks, dan lain-lain yang diawasi dan berafiliasi dengan DONA dan DUK. Irma menjelaskan, proses sertifikasi bagi doula di Indonesia bisa dilakukan secara online, contohnya mengikuti ujian lewat Skype
