Setelah mencari ke sana-kemari, bertukar ART (Asisten Rumah Tangga) beberapa kali, tak jarang Mama merasa lelah sendiri. Pasalnya, ART baru berarti harus mengajari semuanya dari awal kebiasaan di rumah, tata cara mengurus anak-anak, makanan kesukaan setiap anggota keluarga di rumah, dan sebagainya.
Tak jarang, jika mendapat ART yang belum berpengalaman, Mama harus turun tangan memberi contoh cara mencuci piring yang benar agar minyak dari makanan tidak menyebar ke peralatan makan lain, mencuci pakaian yang tak terlalu boros sabun cuci, membersihkan keramik pajangan dengan hatihati, dan masih sederet pekerjaan lain yang harus diajarkan. Tentu, memiliki anak hingga usia balita akan memiliki dampak yang berbeda pada keputusan ada atau tidak adanya ART di rumah, terutama yang bertugas mengasuh anak.
Dengan anak usia tersebut, tentu Mama tak bisa bekerja di luar rumah tanpa bantuan untuk menjaga anak-anak. Pilihan terdekat biasanya menitipkan kepada keluarga yang jelas dapat dipercaya. Tetapi, mengingat usia mereka pun tak lagi muda, perlu dipertimbangkan ada yang membantu mereka secara fisik. Misalnya saat memandikan anak atau kegiatan yang membutuhkan tenaga lainnya.
Tetapi, dewasa ini tak jarang ditemukan kakek-nenek yang secara tegas menolak turut serta mengurus cucunya, lo. Mereka beralasan, sudah cukup waktu mereka untuk merawat anak-anak, dan sekarang adalah waktu mereka untuk menikmati hidup. Bermain bersama cucu 2-3 kali seminggu, mungkin mereka tidak keberatan. Tetapi kalau dititipi setiap hari, pertimbangannya sudah berbeda. Kakek-nenek sekarang memiliki kegiatan yang tak kalah sibuknya dengan anak-anak mereka yang berusia produktif.
