Tampilkan di aplikasi

Tak ada ayah yang sempurna

Tabloid Nakita - Edisi 972
15 November 2017

Tabloid Nakita - Edisi 972

Kedekatan yang mendalam dengan anak, akan menyempurnakannya. / Foto : iStock

Nakita
Begitu seorang pria memutuskan untuk menikah, saat itu pula statusnya berubah dari pria lajang menjadi seorang suami. Tentu saja perubahan status ini bukan sekadar bermakna sosial belaka, namun mengandung konsekuensi yang tidak mudah: menjadi kepala rumah tangga, menjadi nakhoda dalam sebuah bahtera yang harus tahu betul di mana tujuannya, ke mana bahtera akan dilabuhkan, jalur mana yang akan ditempuh, apa yang harus dilakukan jika badai melanda, dll.

Salah satu tujuan mendirikan sebuah rumah tangga adalah untuk memperoleh keturunan. Ketika sepasang suami isteri dikaruniai seorang bayi lucu nan sehat, saat itu segalanya berubah. Status sebagai “suami” akan berubah atau tepatnya bertambah menjadi seorang “ayah”, sebuah status yang teramat berat tanggung jawabnya, teramat suci amanah yang harus diemban.

Mengutip apa yang dikatakan oleh Ibu Elly Risman, seorang psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati, bahwa: “Anak adalah titipan Allah, milik Allah... Kita selaku orangtua nya hanyalah baby-sitter. Kelak akan ada perhitungannya, ada pertanggung jawabannya, ada hisabnya” Sungguh sebuah amanah yang sangat berat, bukan?

Begitu si kecil lahir, tak hanya status yang berubah, pola pikir harus juga berubah, semua harus ditujukan untuk satu titik: memberikan yang terbaik untuk anak. Prioritas hidup seorang ayah pada fase ini harus berubah, bukan lagi untuk karier, bukan semata-mata berorientasi pada finansial dan investasi duniawi, tapi harus memikirkan investasi dunia-akhirat yang sudah ada di depan mata: ANAK.
Tabloid Nakita di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI