Ada yang bilang, untuk menjadi pemimpin dibutuhkan bakat. Akan tetapi, tentu kita sepakat, sesuatu yang sudah terberi bukan menjadi satu-satunya patokan. Ada unsurunsur lain yang berperan secara bersama-sama membentuk seorang anak menjadi cikal-bakal pemimpin di masa depan. Temperamen, misal, merupakan salah satu unsur bawaan yang bisa memuluskan seorang anak menjadi pemimpin.
Anak yang easy going, yang gampang beradaptasi dalam segala situasi cenderung lebih berpeluang menjadi pemimpin. Namun bukan berarti anak yang sulit beradaptasi tidak mampu menjadi pemimpin atau malah menjadi pemimpin yang buruk. Bila anak yang sulit beradaptasi ini dikembangkan sedemikian rupa, dengan lingkungan yang mendukung, ia pun mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sosok pemimpin yang baik.
Karena itulah, seorang pemimpin juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Nah, yang dimaksud faktor eksternal tak lain adalah stimulasi. Kegiatan-kegiatan di bawah ini memang tampak sederhana, namun merupakan stimulasi awal yang dapat membentuk jiwa seorang pemimpin.
1. Keterampilan berkomunikasi. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan/keterampilan dalam menangkap dan menyampaikan pesan, serta dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain. Stimulasi: Keterampilan komunikasi dapat diasah sejak usia anak belum dapat bicara, dengan rajin mengajak bayi mengobrol, meski ia belum mengerti apa yang diutarakan.
2. Keterampilan bersosialisasi. Intinya adalah bagaimana ia dapat berperilaku sesuai tuntutan sosial. Stimulasi: Sering-seringlah mengajaknya bertemu orang lain sehingga ia bisa merasa nyaman dengan siapa saja. Ketika anak bertengkar dengan temannya, bantulah agar ia mengerti apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pertemanannya, bukan hanya menghindarkan dari teman yang bermasalah tersebut.
