“Hari ini Papa yang nemenin Kakak belajar, ya. Mama yang belanja ke supermarket.” Di zaman modern ini, kalimat tersebut seharusnya menjadi kalimat yang wajar saja. Ya, karena dalam membangun sebuah keluarga, diperlukan kerja sama yang baik antara suami dan istri. Berbagi peran maupun berbagi beban merupakan hal yang wajar dan sudah selayaknya dilakukan.
Akan tetapi untuk sebagian orang, berbagi peran maupun berbagi beban tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan komitmen yang jelas serta diperlukan kemampuan mengatur waktu sebaik mungkin. Pembagian peran antara suami dan istri idealnya seimbang. Bukan berarti tugas harus dibagi rata, ya.
Berbagi peran di sini mempunyai arti kita harus mampu memahami profil pasangan. Ada suami yang lebih suka memasak, ada suami yang lebih telaten soal keuangan rumah tangga, dan ada juga suami yang lebih telaten soal kebersihan dan kerapian rumah dibanding istri. Kita harus memahami bahwa setiap orang berbeda.
Antara rumah tangga yang satu dan yang lain juga tidaklah sama. Pembagian peran antara keluarga dengan satu orang yang bekerja atau dengan dua-duanya bekerja pun akan berbeda. Peran yang seimbang adalah yang sesuai dengan profil individu, dan masing-masing harus merasa nyaman.
Berbagi peran dan beban biasanya akan diawali dengan membuat kesepakatan untuk meringankan beban suami istri. Kesepakatan tersebut didasari oleh rasa tahu sama tahu alias tidak ada perjanjian di atas kertas maupun secara lisan. Memang ada pasangan yang cukup terbuka atau blak-blakan dalam mendiskusikan pembagian peran sebelum atau sesudah menikah.
