Tampilkan di aplikasi

Cerita Musrifatun, tenang saat dihantam gelombang tsunami Palu

Tabloid NOVA - Edisi 1600
22 Oktober 2018

Tabloid NOVA - Edisi 1600

Gempa dan tsunami membuat banyak orang kehilangan rumah dan isinya dalam sekejap.

NOVA
Palu masih berduka. Usai gempa dahsyat berkekuatan 7,7 skala Richter disusul gelombang tsunami yang tingginya mencapai 3 meter, ribuan orang jadi korban. Mereka yang selamat pun, banyak juga yang tak punya tempat tinggal. Seperti yang dialami Musrifatun (50), warga Kampung Nelayan, Kecamatan Mantikulore, Palu.

Rumah beserta isinya, yang berlokasi tak jauh dari pantai kini lenyap tak berbekas. Meski kehilangan harta benda, Musrifatun tak lantas lunglai dan memohon belas kasihan banyak orang hingga berlarut-larut. Sebaliknya, berbekal modal seadanya dari hasil sumbangan teman, dia kembali berjualan pisang goreng dan putu di pinggir jalan.

Kepada NOVA yang menemuinya di tempat penampungan sementara di Jl. Sisingamangaraja, Palu, pada Jumat (12/10), Musrifatun menceritakan kegigihan dan keikhlasannya menghadapi cobaan. “Bukannya enggak bersedih, tapi aku harus ikhlas menerima cobaan. Harus segera bangkit dan tak terjebak dengan kesedihan. Ibarat sekolah, musibah ini bagiku sebagai ujian,” kata Musrifatun dengan suara mantap.

Menyambut Tsunami. Peristiwa gempa Palu-Donggala yang terjadi Jumat sore (28/9), memang begitu memilukan. Musrifatun ingat, sore menjelang Magrib dia sedang istirahat di dalam rumahnya. Tiba-tiba tanah di rumahnya bergetar keras, disusul suara gemeretak dari bangunan dan seng atap rumah. Tak lama, gemuruh ombak laut terdengar dari depan rumahnya, yang berjarak hanya 30 meter dari bibir pantai dan hanya dibatasi jalan raya.
Tabloid NOVA di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI