Tampilkan di aplikasi

Anak belum bisa membaca, mudah asal kita paham metodenya

Tabloid NOVA - Edisi 1608
14 Desember 2018

Tabloid NOVA - Edisi 1608

Jangan keburu menvonisnya menderita disleksia. Jangan-jangan karena kita yang keliru mengajarinya membaca. / Foto : ISTOCK

NOVA
Begitu anak sudah waktunya masuk SD, hampir semua orangtua stres. Bukan hanya lantaran mencari sekolah yang pas buat si anak—tapi juga karena si kecil belum bisa membaca. Mengapa begitu? Karena SD pada umumnya mensyaratkan calon siswanya sudah mampu membaca, menulis, dan berhitung (calistung).

Tapi, sebagian kita mulai galau. Karena secara teoritis anak usia 7 tahun sudah mulai memasuki tahap lancar membaca. Karena mereka dianggap sudah dapat berpikir abstrak. Contohnya saat anak berhitung 5+7, anak sudah dapat membayangkan angka lima dan tujuh di kepalanya. Sementara, anak usia di bawah 7 tahun, masih belum konkret.

Mereka memerlukan bantuan benda-benda untuk berhitung seperti lidi dan batu. Nah, ini si kecil kita yang setengah tahun lagi mau masuk SD, kok, belum bisa juga membaca. Bahkan teman kita, Nur (36) mengatakan anaknya, Zizi (7) yang sekarang di kelas 1 SD tak kunjung bisa baca. Jika diminta membaca, dia selalu punya banyak alasan untuk menolak. Persis dengan Dafa anaknya Santi (35) yang tidak kunjung lancar membaca padahal sudah 8 tahun.

Sebetulnya ada masalah apa dengan anakanak kita, sih? Dalam ranah ilmu psikologi dan kedokteran, diagnosa keterlambatan perkembangan bicara disebut disleksia. Disleksia adalah gangguan neurologis yang memengaruhi perkembangan membaca dan menulis saat anak berusia setidaknya 8 tahun. Gejala utamanya kesulitan dalam memahami bacaan.

Namun, bukan berati semua anak yang mengalami keterlambatan membaca langsung divonis disleksia. Karena perlu pemeriksaan mendalam untuk memastikannya. Lalu, apa dong, problem yang sebenarnya
Tabloid NOVA di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI