Tampilkan di aplikasi

Bubble drink benarkah bawa bahaya?

Tabloid NOVA - Edisi 1635
3 Juli 2019

Tabloid NOVA - Edisi 1635

Bubble Drink

NOVA
Bukan sembelit biasa. Itulah “penyakit” yang tampaknya diderita seorang remaja dari provinsi Zhejiang, China, yang diduga akibat mengonsumsi bubble berlebihan. Yup! Awalnya, remaja berusia 14 tahun ini mengalami rasa sakit di perutnya. Alhasil, ia pun dilarikan ke unit gawat darurat. Lantas setelahnya, di dalam perut dan ususnya justru ditemukan banyak boba—istilah lain bubble—menumpuk dan bersarang. Barulah lambat laun diketahui, remaja ini memang telah meminum bubble tea berlebihan, yakni selama lima hari berturut-turut.

Pertanyaannya kemudian—yang tentu membuat seluruh pencinta bubble drink atau boba kalang kabut—adalah: benarkah bola-bola tapioka ini membawa kita pada bahaya, seperti apa yang dialami remaja tadi? Risiko Kecil, Kecuali... Pertama-tama, mari kita sadari bahwa akan hanya ada sedikit sekali orang-orang yang bisa menolak kenikmatan dari satu gelas bubble drink (entah bubble tea, bubble coffee, atau lainnya) ini. Sudah segar, rasanya manis, kelengkapan topping boba di dalamnya pun ikut menambah sensasi yang meningkatkan mood dan semangat. Belum lagi ada banyak tawaran varian rasa dari minuman asal Taiwan ini.

Lebih dari itu, kini gerai yang menjajakan bubble drink pun sudah semakin menjamur saja jumlahnya. Dari dalam mal hingga di pinggir jalan dekat stasiun? Ada! Antreannya, pun, seperti bisa diduga, jarang sekali sepinya. Lantas dari kasus remaja di China tadi, apakah semua orang bisa mengalami hal serupa? Dokter Juwalita Surapsari, SpGK., spesialis gizi Rumah Sakit Pondok Indah mengatakan, kemungkinan boba yang dikonsumsi menumpuk dan mengendap dalam perut maupun usus sebenarnya sangatlah kecil.

Pasalnya, boba terbuat dari bahan makanan yang mudah diserap. “Kemungkinan itu kecil banget, karena bobanya itu dibuat dari tapioka. Tapioka ini asalnya dari singkong, tepung singkong yang isinya mayoritas karbohidrat. Nah, karbohidrat ini 80 persennya bernama amilopektin dan amilopektin ini mudah dicerna,” ujar dr. Juwalita.
Tabloid NOVA di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI