Horor Kasat Mata
Anda percaya hantu? Bisa jadi jawabannya adalah: percaya-enggak percaya. Kalau percaya walau sedikit saja pernah berpikir tidak, kenapa hantu di tiap negara berbeda? Misalnya, nih, masyarakat kita mengenal pocong. Tapi orang Amerika enggak kenal pocong, kenalnya vampir. Katanya, sih, itu berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman, informasi, yang kita dapat sepanjang hidup kita. Bisa jadi benar. Karena saya sendiri menurut cerita dari orangtua punya pengalaman bertemu dengan makhluk halus saat kecil dulu.
Cerita singkatnya, suatu sore saya ditemukan oleh tetangga, berada di balik pagar bambu tinggi yang tak mungkin dipanjat oleh saya yang saat itu berusia 3 tahun. Ketika ditanya oleh orangtua saya kenapa ada di sana, saya menjawab, “Diajak dakocan.” Kenapa saya menyebut dakocan? Karena saat itu saya memang punya boneka dakocan yang selalu saya ajak main. Jadi ketika saya bertemu dengan apa pun itu yang tidak bisa dijelaskan, saya menyebut apa yang sudah ada di benak saya.
Buat saya, itu jadi penjelasan paling masuk akal mengapa orang Indonesia melihat pocong dan orang Jepang melihat sadako. Eh, tapi kenapa jadi bicara horor, ya? Cerita horor memang tak pernah kehilangan pamor. Cuma kadang perlu momen saja. Seperti sekarang, ketika beberapa film Indonesia bertema horor berhasil menggaet jutaan penonton, topik ini pun kembali terangkat. Tapi awas, jangan sembarangan main hororhororan dengan si kecil, efeknya sungguh buruk, seperti yang bisa Anda baca di rubrik Anda dan Anak.
Tapi, ada juga, lho, kejadian “horor” yang kasat mata. Misalnya, ketika anak kesayangan malu dengan kemampuan kita, ibunya ( rubrik Tanya Jawab Psikologi) atau bila barang berharga kita hilang (rubrik Pintar Atur Uang). Itu juga horor! Tapi buat penyuka horor soal makhluk gaib, Anda harus baca Isu Spesial kali ini. Dijamin mencekam!
Salam hangat, Made Mardiani Kardha