"Nadiaaa… udah jam 6 pagi, cepat mandi!” “Ganaaa… udah jam 1 siang, kok belum makan?” Siapa yang di rumah sering meneriakkan kalimatkalimat semacam ini kepada anak-anaknya? Kayanya untuk para ibu, semua bisa tunjuk tangan, nih. Bukan hal aneh.
Salah satu pekerjaan ibu di rumah, kan, adalah mengelola, mengatur, mengarahkan kegiatan anaknya, apalagi bila anaknya masih kecil. Mulai dari menentukan kapan jadwal mandi, makan, ngerjain PR, tidur siang, sampai kapan boleh main ke luar rumah, nonton TV, juga main game. Tapi tak sedikit ibu yang mengelola anakanaknya tak berhenti di hal-hal tersebut.
Bukan cuma mengatur soal kapan harus makan dan mandi, tapi juga mengatur harus menyukai hobi apa, harus ikut kegiatan apa, berteman dengan siapa, harus mengambil sekolah jurusan apa, atau harus bekerja di bidang apa. Lengkap dengan sanksi-saksinya bila tidak dipatuhi. Bahkan ada juga yang lebih jauh lagi, sampai mengelola dan mengatur hati sang anak! Dengan teman seperti apa sang anak boleh merasa suka, dengan orang kriteria apa sang anak boleh jatuh cinta, dan di usia berapa sang anak harus menikah.
Wah, gawat, ini! Kalau anak kita adalah figur publik dan kita terlalu khawatir sehingga memutuskan jadi manajer bagi anak kita, ya sudahlah. Walaupun kata psikolog ini tidak ideal, karena berpotensi konflik. Tapi kalau anak kita orang biasa alias bukan figur publik, tak usahlah bersikap seperti manajer di rumah. Cukup jadi ibu saja.
Mengatur tak apa-apa, tapi secukupnya saja, buat yang penting-penting saja. Biarkan mereka jadi dewasa dengan terbiasa memutuskan sendiri dan bertanggung jawab sendiri atas keputusannya. Saya sendiri bersyukur punya ibu yang tidak banyak mengatur baik kegiatan, minat, maupun urusan hati (thx, Mom). Oya, curhat para ibu yang jadi manajer anaknya yang artis, bisa Anda baca di Isu Spesial, ya. Ceritanya seru!
Salam, Made Mardiani Kardha