Tak Ada Kata Gagal dalam Temukan Bakat
Beruntunglah Anda, bila dulu orangtua Anda berusaha mati-matian menemukan bakat dan minat Anda. Coba ini-itu untuk melihat reaksi Anda, sehingga bisa menentukan apa yang Anda sukai dan apa yang tidak. Mungkin Anda akan menurunkan cara-cara itu kepada anak-anak Anda sekarang. Tapi, bukan sebuah dosa besar kalau orangtua Anda tidak melakukan itu. Bisa jadi karena mereka tidak mengerti atau sebab-sebab lainnya.
Suatu kali saya pernah “protes” kepada ibu saya. “Ma, kenapa, sih, dulu saya tidak diikutkan les macam-macam.” (Satu-satunya les yang saya ikuti adalah menari tradisional). Jawaban ibu saya begini, “Ya, kamu gak minta apa-apa, sih, dulu. Kalau kakak kamu kan minta kursus gitar, ya dikursusin. Dibeliin gitar juga, kan.” Dan saya pun speechless.
Percakapan ini membuat saya berpikir. Apakah seharusnya si anak memperlihatkan dulu bakat dan minatnya, baru orangtua bisa “bergerak” memberikan pelajaran tambahan yang sesuai? Ataukah justru orangtua yang seharusnya membantu si anak memperlihatkan bakat dan minatnya?
Hmm…mungkin ini jadi seperti ayam dan telur, sulit menentukan mana yang lebih dulu. Interaksi yang baik dengan anak tentu akan membantu kita menemukan bakat si anak. Kita sebagai orangtua perlu peka sama gerak-gerik anak yang mungkin memperlihatkan bakatnya. Tapi di sisi lain, supaya anak bisa memperlihatkan itu, kita juga perlu melempar umpan. Bila kita sebagai orangtua alpa melakukan hal tersebut di saat anak-anak kita masih kecil, tak usah merasa bersalah.
Tak ada kata gagal. Memang lebih baik bila bakat bisa digali sejak dini. Tapi saya membuktikan bahwa di usia dewasa pun kita masih bisa, kok, menemukan bakat dan minat kita. Dengan mencoba banyak hal, melakukan banyak kegiatan. Tapi seandainya Anda ingin menggali bakat anak-anak Anda sekarang ini, ada baiknya baca dulu sajian Isu Spesial edisi ini. Plus cerita sukses kolaborasi Nabilah Ayu dan sang ibunda dalam pencarian bakat Nabilah. Semoga menginspirasi.
Salam hangat, Made Mardiani Kardha