Saat ini, mengatur uang tak lagi terlalu sulit, ada banyak layanan yang memudahkan kita. Salah satu yang muncul di era digital ini adalah bank digital. Bukan cuma menabung, bank digital juga memungkinkan kita untuk memilah uang sesuai tujuan keuangan tanpa membuat rekening baru.
Jadi kita bisa membayar tagihan, melakukan transaksi digital, hingga berinvestasi hanya pada satu aplikasi saja. Ada beberapa pilihan bank digital yang tersedia saat ini. Lima yang paling banyak digunakan menurut survei Populix seperti dikutip Kompas.com, yaitu Bank Jago, Neobank, Jenius, SeaBank, dan Blu (Bank BCA Digital).
Menariknya lagi, kini bukan hanya bank digital konvensional saja yang tersedia, bank digital syariah pun sudah mulai banyak diperkenalkan, seperti Bank Aladin dan Bank Jago Syariah yang belum lama ini diluncurkan. Sayangnya, masih banyak dari kita yang belum memahami sistem perbankan syariah, apalagi bank digital syariah. Untuk itu, demi menambah literasi keuangan Anda, yuk simak apa saja perbedaan bank digital konvensional dan syariah.
Konvensional Vs. Syariah. Sejatinya bank digital syariah adalah model perbankan syariah yang dibawa ke dalam bentuk digital. Hal ini guna mengejar ketertinggalan bank syariah di dunia perbankan dan digital. Meski dibawa ke bentuk aplikasi, bank digital syariah tetap memiliki prinsip-prinsip yang sama sesuai kaidahnya.
Salah satunya prinsip bentuk akadnya. Jika bank konvensional akadnya berdasarkan kesepakatan jumlah suku bunga, maka bank syariah berdasar akad titipan atau bagi hasil. Begitu pun dalam versi bank digital syariahnya. Bank Jago Syariah misalnya, pertama-tama menawarkan akad wadiah atau titipan. Adapun akad ini berarti nasabah tidak akan mendapatkan bunga dan tidak dipungut biaya admin, alias gratis biaya admin.
