Berbicara tentang edisi akhir tahun, sepertinya kurang lengkap jika tak membahas kilas balik tahun yang akan segera berlalu ini. Bukan sematamata mengenang, tapi juga mencoba bersyukur atas setiap kejadian. Termasuk sebagai bagian refleksi yang diharapkan bisa menguatkan diri melangkah di tahun depan nanti Hampir sama seperti dua tahun sebelumnya, tahun 2022 juga jadi tahun yang berat. Ada banyak kejadian demi kejadian yang bikin kita mengelus dada dan tertekan.
Dalam peringatan Hari Kesehatan Mental 10 Oktober 2022 lalu pun, Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa saat pandemi ini, masalah gangguan kesehatan jiwa dilaporkan meningkat sebesar 64,3 persen, baik karena menderita penyakit Covid-19 maupun masalah sosial ekonomi sebagai dampak dari pandemi.
Ya, dari awal sampai akhir tahun ini saja PHK terjadi di mana-mana, harga barang pokok naik, sampai di tengah tahun terjadi kelangkaan minyak goreng yang menambah tekanan. Ditambah berbagai peristiwa mengerikan, dari tragedi Kanjuruhan, gagal ginjal akut, hingga gempa Cianjur membuat tahun ini jadi terlihat berantakan dan sangat berat. Seakan membuat kita seperti babak belur dan ingin menyerah. Semua kejadian itu mungkin membuat kita lupa bersyukur akan kondisikondisi baik di tahun ini.
Memangnya ada? Tentu ada, meski mungkin kita tak menyadari atau menganggapnya sepele saja. Maklum, berdasarkan penelitian, manusia memang memiliki kecenderungan untuk lebih mementingkan pengalaman negatif daripada pengalaman positif atau netral (negativity bias).
Padahal agak berbeda dengan dua tahun sebelumnya di mana pandemi masih sangat membelenggu kita, tahun ini kita jauh lebih bebas bergerak. Meski Covid-19 belum hilang sepenuhnya, rasanya kita bisa cukup bernapas lega karena banyak hal berangsur normal.
