Tampilkan di aplikasi

Buku Nuansa Cendekia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Rekonstruksi Pendidikan Islam

Sebuah Penafsiran Islam

1 Pembaca
Rp 63.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 189.000 13%
Rp 54.600 /orang
Rp 163.800

5 Pembaca
Rp 315.000 20%
Rp 50.400 /orang
Rp 252.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Apa yang kita pikirkan tentang diri kita? Sebagai seorang manusia, tentu saja kita akan selalu memikirkan diri kita sendiri. Berpikir tentang diri sendiri menjadi salah satu landasan bagi kita untuk memahami siapa sebenarnya diri kita, tugas hidup kita, dan tujuan hidup kita.

Di sela sela perkembangan pemikiran, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semakin pesat dan terus mengalami kemajuan, terkadang kita lupa untuk berpikir ke dalam ( inner reality ), menengok, dan menelaah siapakah diri kita. Sementara itu, kesibukan me­ mikirkan realitas luar terus dilakukan. Apa yang tampak di luar diri kita terus menerus ditelaah, dipikirkan, dan terkadang kita tersibukkan olehnya. Krisis kemanusiaan yang terjadi berawal dari perilaku dan sikap melupakan untuk menyelami hakikat diri kita.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Dr. Rudi Ahmad Suryadi, M.Ag.
Editor: Ika Fibrianti / Irwan Kurniawan / Mathori A Elwa

Penerbit: Nuansa Cendekia
ISBN: 9786023502639
Terbit: Januari 2017 , 232 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Apa yang kita pikirkan tentang diri kita? Sebagai seorang manusia, tentu saja kita akan selalu memikirkan diri kita sendiri. Berpikir tentang diri sendiri menjadi salah satu landasan bagi kita untuk memahami siapa sebenarnya diri kita, tugas hidup kita, dan tujuan hidup kita.

Di sela sela perkembangan pemikiran, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semakin pesat dan terus mengalami kemajuan, terkadang kita lupa untuk berpikir ke dalam ( inner reality ), menengok, dan menelaah siapakah diri kita. Sementara itu, kesibukan me­ mikirkan realitas luar terus dilakukan. Apa yang tampak di luar diri kita terus menerus ditelaah, dipikirkan, dan terkadang kita tersibukkan olehnya. Krisis kemanusiaan yang terjadi berawal dari perilaku dan sikap melupakan untuk menyelami hakikat diri kita.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Tiada kata yang paling indah untuk diucapkan dan digoreskan dalam tulisan ini kecuali puji serta syukur ke hadirat Allah Swt. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw. Di antara sekian banyak masalah yang mendera manusia, pendidikan merupakan salah satu masalah yang krusial.

Di te­ngah tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengalami percepatan progresif, manusia sebagai produk pen­ didikan yang dihasilkan merasa kering dari nuansa humanitas dan spiritualitas. Perkembangan intelektual mereka maju secara pesat, perkembangan sosial dan komunikasi merambah kian maju.

Hanya dengan satu tekanan jari dan dalam waktu yang sama, manusia bisa berkomunikasi dengan sesamanya di belahan bumi lainnya. Kondisi ini diisyaratkan oleh para pemikir postmodern sebagai kampung global; dunia tidak dibatasi lagi oleh ruang dan jarak yang jauh. Namun, dampak dari hal tersebut tak terelakkan. Manusia menjadi teralienasi, dihinggapi degradasi moral dan spiritualitas.

Jika pendidikan dianggap sebagai sebuah proses kehidupan dan upaya memanusiakan manusia, masalah dan fenomena yang muncul tersebut berawal dari paradigma pendidikan yang tidak merefleksikan unsur-unsur kemanusiaan yang hakiki. Paradigma pendidikan Barat yang materialistik dan sekularistik turut mewarnai arus pemikiran dan praksis pendidikan kita selama ini.

Apa yang terjadi? Pendidikan yang diorientasikan oleh pemikiran tersebut lebih mengarah pada pencitraan manusia yang resah dan risau; kering nuansa spiritualitas. Di sela sela kekacauan paradigma yang digunakan tersebut, Al Quran dengan pesannya yang belaku li kulli zamân wa makân, memberikan alternatif tertentu dalam rangka memberikan isyarat bagi pemecahan masalah yang muncul tersebut.

Paradigma pendidikan Qurani dalam tataran konsep filosofis memberikan secercah harapan bagi perbaikan konsep dan paradigma pendidikan yang digunakan. Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia seperti yang diungkapkan oleh Driyarkara hendaknya mampu mengem­bangkan eksistensi dan potensi yang dimiliki manusia supaya mampu menjalankan misi mulia di muka bumi ini.

Jika konsep pendidikan diakui prinsip kebenarannya serta koheren dengan konsep manusia, praksis pendidikan secara filosofis sejatinya harus mampu mengupayakan manusia untuk mengenal siapa dirinya, potensi, tugas hidup, dan tujuan hidupnya. Namun, tak ada yang lebih mengetahui mengenai siapa diri manusia, kenapa ia diciptakan, dan apa yang menjadi tujuan hidupnya kecuali Allah Swt, sebagai Yang Maha Menciptakan ( al-khâliq ).

Tujuan pendidikan merupakan salah satu terma penting dalam pemikiran pendidikan. Konsep tujuan hingga saat ini belum pernah selesai dibicarakan dan dibahas, apalagi jika yang digunakan adalah konteks kebijakan yang lebih praksis. Sementara itu, tujuan pendidikan mengandung nilai yang lebih filosofis. Dalam konteks pendidikan Qurani, tujuan pendidikan merupakan derivasi konsep dari tujuan hidup manusia.

Buku ini mengetengahkan beberapa hal penting mengenai gagasan, konseptualisasi, dan reformulasi tujuan pendidikan dalam konteks ajaran Islam, khususnya didasarkan pada asumsi asumsi pemaparan Al Quran yang dilandasi pula oleh konsepsi manusia yang disajikan oleh Al Quran. Berdasarkan penelusuran terhadap ayat dan isyarat tertentu, Al Quran menyuguhkan kepada kita terma dan gagasan mengenai tujuan pendidikan dengan kata kunci mardhâtillâh (keridhaan Allah).

Kalaupun terma yang disajikan. mengandung unsur filosofis, tidak empiris, gagasan mengenai mardhâtillâh, sebagai tema sentral tujuan pendidikan, dipandang penting untuk diutarakan terutama dalam kajian filsafat pendidikan Islam. Penyelesaian buku ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak kepada penulis supaya mampu dan tetap berkarya.

Kepada kedua orangtuaku, Bapak Bandaniji dan Ibu Heryani, penulis haturkan terimakasih yang sedalam-dalamnya. Jasamu tiada tara, tak ada yang mampu membalasnya. Hanya Allah Swt yang membalasnya. Semoga Allah tetap memberikan karunia, perlindungan, dan kebarakahan kepada keduanya. Adinda, Neneng Siti Maysarah, semoga Allah memberikan kesembuhan dan ke bahagiaan.

Engkau selalu membangkitkan semangatku dan memberi arti pentingnya proses kehidupan yang dijalani. Ucapan terimakasih disampaikan pula kepada istriku, Irma Mardiyah, M.Ag., yang tiada henti mendukung penulis untuk berkarya dan melanjutkan studi, serta rela untuk ditinggalkan di sela sela kegiatan thalab ‘ilm. Putriku, Maulida Farah Diba’, semoga engkau menjadi anak yang salehah.

Terimakasih dihaturkan pula kepada guru-guru penulis, yang tidak disebutkan satu persatu, karena jasa dan perhatian yang luar biasa dalam mendidik penulis. Jasamu tiada tara. Buku yang ada di tangan pembaca ini tak luput dari ke­ kurangan: tiada gading yang tak retak . Saran dan kritik yang konstruktif penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Wal-âkhir, kepada Allah Swt penulis panjatkan syukur atas terselesaikannya karya ini dan semoga buku ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Daftar Isi

Sampul
Kata pengantar
Daftar isi
Bagian pertama: Pendahuluan
Bagian kedua: Dalam berbagai perspektif konsepsi manusia
Bagian ketiga: Dalam perspektif Al-Quran konsepsi manusia
Bagian keempat: Al-Quran sebagai sumber rujukan pendidikan islam
Bagian kelima: Formula tujuan pendidikan dalam perspektif islam
     Kajian mengenai Terminologi Tujuan Pendidikan
     Kedudukan dan Fungsi Tujuan dalam Pendidikan
     Sumber Tujuan Pendidikan
     Prinsip Formulasi Tujuan Pendidikan
     Formulasi Tujuan Pendidikan Islam
Bagian keenam: Mardhatillah: Rekontruksi tujuan pendidikan dalam perspektif islam
Daftar pustaka
Indeks
Tentang penulis